Senin, 13 Agustus 2012

DDST indikator penilaian tumbuh anak

0 komentar
A. Pengertian Perkembangan (Development) Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997). B. Pengertian DDST DDST adalah Denver Development Screening Test, yaitu salah satu metode screening yang digunakan untuk menilai perkembangan anak dan ditujukan untuk anak usia 1 bulan sampai 6 tahun. Test ini dilakukan oleh: • Tenaga profesional (dokter, bidan, perawat, psikolog) • Kader • Orang tua terlatih C. Tujuan DDST Tujuan dari penilaian perkembangan anak (DDST) adalah agar para tenaga kesehatan : • Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal hal lain yang merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut. • Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan konseling genetik. • Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter yang lebih tinggi. D. Aspek Perkembangan yang Dinilai pada DDST Aspek Perkembangan yang dinilai Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai: 1) Personal Social (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. 3) Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan 4) Gross motor (gerakan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. b. Alat yang digunakan  Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa). Lembar formulir DDST II Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya. c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: 3-6 bulan 9-12 bulan 18-24 bulan 3 tahun 4 tahun 5 tahun 2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. d. Penilaian Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO). E. Cara Pemeriksaan DDST CARA PEMERIKSAAN DDST: • Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. • Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites. 1) Abnormal a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia . 2) Meragukan a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. 3) Tidak dapat dites Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan. 4) Normal Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas. Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun: Contoh perhitungan anak dengan prematur: An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula! Diketahui: Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006 Tanggal periksa : 1-4-2008 Prematur : 32 minggu Berapa usia kronologis An. Lula? Jawab: 2008 – 4 – 1 An. Lula prematur 32 minggu 2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu _________ – Maka 37 – 32 = 5 minggu 1 – 7 -26 Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah: 1 tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari Atau 1 tahun 7 bulan atau 19 bulan Interpretasi dari nilai DDST Advanced Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut) OK Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75 Caution Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90 Delay Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu Interpretasi tes Normal Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan Suspect Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan Untestable Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90% Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable: Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer F. Indikator DDST Indikator Perkembangan Bayi (0 – 6 bulan) • Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu (atau dipojok) dan kemudian muncul dan menghilang secara berulang-ulang, apakah bayi anda mencari anda atau mengharapkan anda muncul kembali? • Berikan bayi anda pena atau pinsil dan letakkan di telapak tangannya. Cobalah untuk mengambil pena / pinsil tersebut secara perlahan-lahan. Sulitkah anda mendapatkan pena atau pinsil itu kembali? • Apakah bayi anda dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada kursi atau meja? • Dapatkah bayi anda mengatakan “ma-ma” atau “pa-pa”? Jawablah YA jika bayi anda mengeluarkan salah satu suara tadi. Indikator Perkembangan Anak Usia 12 bulan – 14 bulan • Dapatkah anak anda membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? Ia dapat menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum dikenalnya. • Jika anak anda memungut benda kecil seperti kacang, apakah ia mengambilnya dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya seperti yang terlihat pada gambar? • Dapatkah bayi anda duduk sendiri tanpa bantuan? • Sebutkan dua atau tiga kata yang dapat ditiru oleh bayi anda (tidak perlu kata-kata yang lengkap). Menurut pendapat anda, apakah ia mencoba meniru kata-kata tadi? • Tanpa anda menggerakkan tangan bayi anda, dapatkah ia mempertemukan dua balok kecil? Kerincian bertangkai dan tutup panci tidak ikut dinilai. • Dapatkah anak anda jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan? • Tanpa bantuan dapatkah anak anda bertepuk tangan atau melambai-lambai? (Jawablah TIDAK jika ia membutuhkan bantuan) • Dapatkah anak anda mengatakan “pa-pa” jika ia memanggil atau melihat ayahnya? • Dapatkah anak anda mengatakan “ma-ma” jika ia memanggil atau melihat ibunya? (Jawablah YA jika anak anda mengatakan salah satu diantaranya) • Dapatkah anak anda berdiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik? • Dapatkah anak anda berdiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih? • Dapatkah bayi anda mengangkat dirinya sendiri sampai berdiri tanpa bantuan anda? • Dapatkah bayi anda membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? Ia dapat menunjukkan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum dikenalnya. • Jika bayi anda memungut benda kecil seperti kacang, apakah ia mengambilnya dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya seperti yang terlihat pada gambar? • Dapatkah bayi anda duduk sendiri tanpa bantuan? • Sebutkan dua atau tiga kata yang dapat ditiru oleh bayi anda (tidak perlu kata-kata yang lengkap). Menurut pendapat anda, apakah ia mencoba meniru kata-kata tadi? • Tanpa anda menggerakkan tangan bayi anda, dapatkah ia mempertemukan dua balok kecil? Kerincian bertangkai dan tutup panci tidak ikut dinilai G. Tahap Tahap Penilaian DDST A. Anamnesis Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat diketahui. B. Skrining gangguan perkembangan anak. Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya dengan menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologik lainnya. 1. Evaluasi lingkungan anak Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan biofisikopsikososial. Oleh karena itu untuk deteksi dini, kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut. 2. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes fiksasi, umur 2 ½ tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada tanda strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya. Sedangkan skrining perkembangan anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan. 3. Evaluasi bicara dan bahasa anak Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan anakberbicara masih dalam batas batas normal atau tidak. Karena kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada atau tidaknya kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya. C. Pemeriksaan fisik Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik, untuk mengetahui apakah terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.misalnya berbagai sindrom, penyakit jantung bawaan, tanda tanda penyakit defisiensi dan lainnya. 1. Pemeriksaan neurologi Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan keadaan yang diduga dapat mengakibatkan kelainan neurologi, seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian dilakukan tes neurologi yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada lesi intrakranial, serebral palsi, neuropati perifer, dan penyakit degeneratif lainnya. Untuk mengetahui secara dini adanya cerebral palsi, dianjurkan menggunakan pemeriksaan neurologi menurut milani comparetti, yang merupakan cara untuk evaluasi perkembangan motorik dari lahir sampai umur 2 tahun. 2. Evaluasi penyakit penyakit metabolik Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya yang terkena penyakit yang sama. Adanya tanda tanda klinis seperti rambut yang pirang dicurigai adanya PKU (phenylketouria), ataksia yang intermitten dicurigai adanya hiperamonemia dan sebagainya. Disamping itu diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan kecurigaan kita. 3. Integrasi dari hasil penemuan Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut diatas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut. Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan prognosisnya. Skrining perkembangan yang terfokus melibatkan dua kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian yang lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya masalah, (b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya keterlambatan perkembangan, contohnya: * BBLR (<1500 g) * Kondisi neurologis * Perdarahan intraventrikular Gr. III or IV * Periventricular leukomalacia * Hipoksia iskemik ensefalopati * Apgar skor 0-3 pada menit 10, 15 and 20 * Meningitis * Kejang persistent * Apnea * Hyperbilirubinemia * Kejang dengan hipoglikemi H. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia, kemampuan berfikir, pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain-lainnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu: * faktor dalam Yaitu faktor faktor yang ada pada diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh, termasuk disini antara lain: o Hal hal yang diturunkan dari orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya. Misalnya warna rambut dan bentuk tubuh. o Unsur berfikir dan kemampuan intelektual. Misalnya kecepatan berfikir. o Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh. Misalnya: kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. o Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu. Misalnya: pemalu, pemarah, tertutup, dan lain lain. * Faktor luar o Keluarga Sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, hubungan antara saudara, dan lain-lain. o Gizi Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya. o Budaya setempat Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya kebersihan lingkungan, kesehatan, pendidikan. o Teman bermain dan sekolah Ada tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan disekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak I. Penyimpangan Perkembangan Anak Meskipun beberapa keterlambatan perkembangan pada perkembangan milestone bahasa, motorik, atau sosial adaptif dapat bersifat sementara, keterlambatan perkembangan pada usia dini sangat erat hubungannya dengan diagnosis dari disabilitas perkembangan seperti retardasi mental, serebral palsi, gangguan bicara, autis dan kesulitan belajar pada perkembangan anak lebih lanjut. Terlebih lagi, adanya bukti bahwa identifikasi dini dan penanganan anak dengan kondisi perkembangan yang terganggu dapat meningkatkan hasil akhir secara fungsional dan menurunkan resiko dari masalah tingkah laku sekunder. Kemampuan berbicara dan berbahasa telah dipertimbangkan oleh para ahli sebagai indikator yang baik terhadap perkembangan anak secara keseluruhan dan kemampuan kognitif yang berhubungan dengan keberhasilan pendidikan. Identifikasi anak dengan keterlambatan perkembangan atau masalah yang berkaitan dapat mengarahkan kepada intervensi ketika usia dini dimana kemungkinan untuk perbaikan paling baik.

Cara MENGATASI SUMBATAN JALAN NAFAS OLEH BENDA ASING

0 komentar
TERDAPAT TEKNIK TEKNIK CARA MENGATASI SUMBATAN JALAN NAFAS OLEH BENDA ASING Tujuannya adalah mengeluarkan benda asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing Metode 1. Abdominal Thrust 2. Chest Thrust 3. Back Blow Indikasi Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda asing & yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini: 1. Secara mendadak tidak dapat berbicara. 2. Tanda-tanda umum tercekik—rasa leher tercengkeram 3. Bunyi berisik selama inspirasi. 4. Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas. 5. Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu utk batuk. 6. Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis 7. Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau wizing. Kontraindikasi dan Perhatian 1. Pada klien sadar, batuk volunter menghasilkan aliran udara yg besar dan dapat menghilangkan obstruksi. 2. Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg mengalami cedera dada, seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sternal (Simon & Brenner, 1994). 3. Pada klien yg sedang hamil tua atau yg sangat obesitas, disarankan dilakukan chest thrusts. 4. Posisi tangan yg tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-organ yang ada dibawahnya selama dilakukan chest thrust. Peralatan 1. Suction oral, jika tersedia. 2. Magill atau Kelly forcep dan laryngoscope (utk mengeluarkan benda asing yg dapat dilihat di jalan napas atas). Persiapan Klien 1. Posisi klien—duduk, berdiri atau supine. 2. Suction semua darah/mukus yg terlihat dimulut klien. 3. Keluarkan semua gigi yg rusak/tanggal. 4. Siapkan utk dilakukan penanganan jalan napas yg definitif, misalnya cricothyrotomi. Tahapan Prosedur Abdominal Thrust 1. Jika pasien dlm keadaan berdiri/duduk: a. Anda berdiri di belakang klien b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang lengan kanan tsb dg lengan kiri. Posisi lengan anda pd abdomen klien yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus. c. Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas. d. Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas. e. Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini. 2. Jika pasien dlm keadaan supine/unconcious: a. Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien. b. Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus. c. Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas. d. Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas. e. Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini. 3. Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep. Tahapan Prosedur Chest Thrust 1. Jika posisi klien duduk/ berdiri: a. Anda berdiri di belakang klien b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar). c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas. d. Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini. 2. Jika posisi klien supine: a. Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien. b. Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan posisikan bagian bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar). c. Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas. d. Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini. 3. Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep. Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (untuk Bayi <> 1. Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana kepala bayi lebih rendah dari pada badannya. 2. Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi. 3. Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat menggunakan tumit tangan anda. 4. Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas paha. 5. Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda pada sternum dampingi dengan jari manis. 6. Lakukan chest thrust dengan cepat. 7. Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran. 8. Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika ia terlihat. Hindari melakukan usapan jari secara “membuta” pada bayi dan anak, karena benda asing dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas. Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (untuk Anak 1-8 th) 1. Untuk klien yg berdiri/duduk: a. Posisi anda dibelakang klien. b. Tempatkan lengan anda dibawah aksila, melingkari tubuh korban c. Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di atas pusar dan dibawah prosesus xipoideus. d. Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) sampai benda asing keluar atau pasien kehilangan kesadaran. 2. Utk klien pada posisi supine: a. Posisi anda berlutut disamping klien atau mengangkangi paha klien. b. Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus xipoideus. c. Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju tengah-tengah dan tidak diarahkan ke sisi abdomen. d. Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan sapuan jari tangan. Attention !!! ? Back blow tidak direkomendasikan pada pasien diatas usia bayi. ? Sapuan jari “membuta” harus dihindari pada bayi dan anak, sebab kemungkinan dapat mendorong benda asing lebih kebelakang ke dalam jalan napas. Komplikasi 1. Nyeri abdomen, ekimosis 2. Mual, muntah 3. Fraktur iga 4. Cedera/trauma pada organ-organ dibawah abdomen/dada. Pendidikan Kesehatan untuk Klien 1. Makan perlahan 2. Potong makanan menjadi kecil-kecil 3. Kunyah mkanan hingga halus 4. Jangan mengobrol dan tertawa saat mengunyah 5. Pastikan gigi/gigi palsu anda baik 6. Duduk saat makan 7. Jaga makanan/mainan yang berukuran kecil/keras seperti kacang, agar jauh dari jangkauan anak di bawah 3 tahun 8. Larang anak berjalan atau lari saat makan utk menurunkan kemungkinan aspirasi Daftar Pustaka Proehl, J.A. (1999). Eemergency nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Company. Further Reading: American Heart Association. (1994). Basic life support for healthcare providers. Dallas: Author. Simon, R., & Brenner, B. (1994). Emergency procedures and techniques. (3rd ed.). Baltimore: William & Wilkins.

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN YANG MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN

0 komentar
A. PENGERTIAN Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. ( Corwin, 2001 ) Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. ( Padmosantjojo, 2000 ) Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu : 1. Kompos mentis Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dalam. 2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun. 3. Stupor / Sopor Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri. 4. Soporokoma / Semikoma Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif. 5. Koma Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik. ( Harsono , 1996 ) B. ETIOLOGI Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan – kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “ SEMENITE “ yaitu : 1. S : Sirkulasi Meliputi stroke dan penyakit jantung 2. E : Ensefalitis Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan. 3. M : Metabolik Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum 4. E : Elektrolit Misalnya diare dan muntah yang berlebihan. 5. N : Neoplasma Tumor otak baik primer maupun metastasis 6. I : Intoksikasi Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran 7. T : Trauma Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada. 8. E : Epilepsi Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan penurunan kesadaran. ( Harsono , 1996 ) C. MANIFESTASI KLINIS Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah : 1. Penurunan kesadaran secara kwalitatif 2. GCS kurang dari 13 3. Sakit kepala hebat 4. Muntah proyektil 5. Papil edema 6. Asimetris pupil 7. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif 8. Demam 9. Gelisah 10. Kejang 11. Retensi lendir / sputum di tenggorokan 12. Retensi atau inkontinensia urin 13. Hipertensi atau hipotensi 14. Takikardi atau bradikardi 15. Takipnu atau dispnea 16. Edema lokal atau anasarka 17. Sianosis, pucat dan sebagainya E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab penurunan kesadaran yaitu : 1. Laboratorium darah Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ). 2. CT Scan Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak 3. PET ( Positron Emission Tomography ) Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor otak 4. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography ) Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke. 5. MRI Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak. 6. Angiografi serebral Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi arteriovena. 7. Ekoensefalography Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral yang luas dan neoplasma. 8. EEG ( elektroensefalography ) Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses, jaringan parut otak, infeksi otak 9. EMG ( Elektromiography ) Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit lain. F. PENGKAJIAN PRIMER 1. Airway a. Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas b. Terjadi penurunan kesadaran c. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll d. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan e. Gelisah f. Sianosis g. Kejang h. Retensi lendir / sputum di tenggorokan i. Suara serak j. Batuk 2. Breathing a. Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll b. Sianosis c. Takipnu d. Dispnea e. Hipoksia f. Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi 3. Circulation a. Hipotensi / hipertensi b. Takipnu c. Hipotermi d. Pucat e. Ekstremitas dingin f. Penurunan capillary refill g. Produksi urin menurun h. Nyeri i. Pembesaran kelenjar getah bening G. PENGKAJIAN SEKUNDER 1. Riwayat penyakit sebelumnya Apakah klien pernah menderita : a. Penyakit stroke b. Infeksi otak c. DM d. Diare dan muntah yang berlebihan e. Tumor otak f. Intoksiaksi insektisida g. Trauma kepala h. Epilepsi dll. 2. Pemeriksaan fisik a. Aktivitas dan istirahat  Data Subyektif:  kesulitan dalam beraktivitas  kelemahan  kehilangan sensasi atau paralysis.  mudah lelah  kesulitan istirahat  nyeri atau kejang otot  Data obyektif:  Perubahan tingkat kesadaran  Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.  gangguan penglihatan b. Sirkulasi  Data Subyektif:  Riwayat penyakit stroke  Riwayat penyakit jantung Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial.  Polisitemia.  Data obyektif:  Hipertensi arterial  Disritmia  Perubahan EKG  Pulsasi : kemungkinan bervariasi  Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal c. Eliminasi  Data Subyektif:  Inkontinensia urin / alvi  Anuria  Data obyektif  Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh )  Tidak adanya suara usus( ileus paralitik ) d. Makan/ minum  Data Subyektif:  Nafsu makan hilang  Nausea  Vomitus menandakan adanya PTIK  Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan  Disfagia  Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah  Data obyektif: Obesitas ( faktor resiko ) e. Sensori neural  Data Subyektif:  Syncope  Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.  Kelemahan  Kesemutan/kebas  Penglihatan berkurang  Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka  Gangguan rasa pengecapan  Gangguan penciuman  Data obyektif:  Status mental  Penurunan kesadaran  Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)  Gangguan fungsi kognitif  Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam  Wajah: paralisis / parese  Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. )  Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil  Kehilangan kemampuan mendengar  Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik  Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif, ukuran pupil isokor / anisokor, diameter pupil f. Nyeri / kenyamanan  Data Subyektif: Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya  Data obyektif:  Tingkah laku yang tidak stabil  Gelisah  Ketegangan otot g. Respirasi Data Subyektif : perokok ( faktor resiko ) h. Keamanan Data obyektif:  Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan  Perubahan persepsi terhadap tubuh  Kesulitan untuk melihat objek  Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit  Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali  Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh  Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan  Berkurang kesadaran diri i. Interaksi sosial Data obyektif:  Problem berbicara  Ketidakmampuan berkomunikasi 3. Menilai GCS Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang menggunakan Skala Coma Glasgow :  Respon motorik  Respon bicara  Pembukaan mata Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan. Penilaian pada Glasgow Coma Scale Respon motorik Nillai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti : mengangkat tangan, menunjukkan jumlah jari-jari dari angka-angka yang disebutkan oleh pemeriksa, melepaskan gangguan. Nilai 5: Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius Nilai 4 : Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya. Nilai 3 : fleksi abnormal . Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate rigidity ) Nilai 2 : ekstensi abnormal. Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decerebrate rigidity ) Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon Catatan : - Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat - Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif Respon verbal atau bicara Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini tidak berlaku bila pasien : - Dispasia atau apasia - Mengalami trauma mulut - Dipasang intubasi trakhea (ETT) Nilai 5 : pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara . orientasi waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana, tanggal hari. Nilai 4 : pasien “confuse” atau tidak orientasi penuh Nilai 3 : bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan Nilai 2 : bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya (“ngrenyem”), suara-suara tidak dapat dikenali makna katanya Nilai 1 : tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri Respon membukanya mata : Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua matanya Catatan: Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata. Nilai 4 : Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuh Nilai 3 : Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau diperintahkan membuka mata Nilai 2 : Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeri Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri 4. Menilai reflek-reflek patologis : a. Reflek Babinsky Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda yang runcing maka timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki dan jari-jarinya ke daerah plantar b. Reflek Kremaster : Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis. Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan traktus corticulspinal 5. Uji syaraf kranial : NI.N. Olfaktorius – penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti tembakau, wangi-wangian, yang diminta agar pasien menyebutkannya dengan mata tertutup N.II. N. Opticus Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan optotipe snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan dengan kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada N.III/ Okulomotoris. N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata kesegala arah , diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi N.V. Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik, Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang bawah serta goresan kapas dan mata tertutup Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus muskulusmasketer saat diperintahkan untuk gerak menggigit N.VII/ Fasialis fungsi motorik N.VII diperiksa kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan bibir , tersentum , meringis (memperlihatkan gigi depan )bersiul , menggembungkan pipi.fungsi sensorik diperiksa rasa pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula , garam , asam) N.VIII/ Vestibulo - acusticus Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach dengan garpu tala. N.IX/ Glosofaringeus, N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah atau deviasi dan kemampuan menelan pasien N.XI / Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan ( kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala N.XII/ Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus , gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam. Kriteria hasil : - Tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK - Tanda – tanda vital dalam batas normal - Tidak adanya penurunan kesadaran Intervensi : Mandiri : - Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK - Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart - Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana - Pantau tekanan darah - Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur - Pantau suhu lingkungan - Pantau intake, output, turgor - Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah - Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai - Tinggikan kepala 15-45 derajat Kolaborasi : - Berikan oksigen sesuai indikasi - Berikan obat sesuai indikasi 2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas oleh sekret Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam. Kriteria hasil: - Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas - Ekspansi dada simetris - Bunyi napas bersih saat auskultasi - Tidak terdapat tanda distress pernapasan - GDA dan tanda vital dalam batas normal Intervensi: Mandiri : - Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi - Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal - Penghisapan sekresi - Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam Kolaborasi : - Berikan oksigenasi sesuai advis - Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi 3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan Tujuan : Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam Kriteria hasil: - RR 16-24 x permenit - Ekspansi dada normal - Sesak nafas hilang / berkurang - Tidak suara nafas abnormal Intervensi : Mandiri : - Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. - Auskultasi bunyi nafas. - Pantau penurunan bunyi nafas. - Berikan posisi yang nyaman : semi fowler - Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan Kolaborasi : - Berikan oksigenasi sesuai advis - Berikan obat sesuai indikasi 4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selaama 1 jam, pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan : -Bunyi paru bersih -Warna kulit normal -Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan Intervensi : Mandiri : -Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia -Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter. -Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2 -Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP. -Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam -Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan -Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen. -Pantau irama jantung Kolaboraasi : -Berikan cairan parenteral sesuai pesanan -Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid. DAFTAR PUSTAKA 1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997 2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998 3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001 4. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989) 5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) 6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) 7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992) 8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993) 9. Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, 1996 ) 10. Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf FKUI, 2000 11. Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000

Nutrisi pada Anak

0 komentar
Nutrisi pada Anak Didalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang telah dikemukakan adalah nutrisi yang didapat oleh anak. Orang tua diharapkan mempunyai pemahaman yang tepat tentang nutrisi yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang, serta zat gizi yang dibutuhkan anak pada usia tertentu, sehingga dapat diberikan dengan cepat walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan dan status social ekonomi keluarga sangat mempengaruhi ketersediaan nutrisi untuk anak. Untuk itu perawat mempunyai kewajiban untuk membantu orang tua mendapatkan pemahaman dan keterampilan yang tepat dalam memberikan nutrisi pada anak sesuai dengan tahapan usianya. Semua makanan, khususnya untuk bayi dan anak kecil harus memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Ini dapat dicapai dengan menggunakan beragam bahan makanan. Perlu diperhatikan banhayak bahan makanan yang mempunyai volume terlalu besar untuk memenuhi energi dan zat gizi yang dibutuhkan, sehingga susunan bahan – bahan makanan tersebut harus seimbang. Pada petugas kesehatan sebaiknya menganjurkan dan meningkatkan motivasi untuk tetap melestarikan pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayinya. Anjurkan bagi pemberian makanan bayi dan motivasi pada keluarga sebaiknya diteruskan sampai si ibu memutuskan menerima atau menolak untuk memberikan ASI. Si ibu perlu mengetahui bagaimana memberikan makanan tambahan yang dapat disediakan di rumah untuk bayinya, paling tidak setelah umur 6 bulan. Bagi golongan miskin jelas tidak bijaksana menganjurkan suplementasi makanan bayi dengan susu formula komersial. Oleh sebab itu dicarikan alternatif pembuatan makanan bayi yang memenuhi persyaratan gizi, akan tetapi mudah disiapkan di rumah tangga dengan cara yang sederhana dan higienis. Sehubungan dengan bervariasinya pangan yang tersedia serta kebiasaan makanan yang berbeda – beda, anjuran – anjuran sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. A. DEFINISI Nutrisi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan – bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan – bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas dalam tubuhnya sendiri. Bahan – bahan tersebut dikenal dengan istilah nutrient (unsur gizi, yaitu : air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) (Mary E. Back, 2000). Nutrien adalah zat penyusun bahan makanan yang banyak diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme, yaitu : air (H2O), protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (FKUI (Edisi 1), 1985). Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda – beda dan anak mempunyai karakteristik yang khas dalam mengkonsumsi makanan atau zat gizi tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan makanan yang tepat pad anak, tentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, kemudian tentukan jenis bahan makanan yang dapat dipilih untuk diolah sesuai dengan menu yang diinginkan, tentukan juga jadwal pemberian makanan dan perhatikan porsi yang dihabiskannya (Yupi Supartini, 2004). B. TUJUAN NUTRISI Dalam melaksanakan pemberian makanan yang sebaik – baiknya kepada bayi dan anak, bertujuan sebagai berikut : 1. Memberikan nutrient yang cukup untuk kebutuhan dalam : Memelihara kesehatan dan memulihkannya bila sakit. Melaksanakan berbagai jenis aktivitas. Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotor. 1. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan (FKUI (Edisi 1), 1985). 2. C. DAMPAK NUTRISI PADA TUMBUH – KEMBANG ANAK Pemberian nutrisi pada anak tidak hanya semata – mata untuk memenuhi kebutuhan fisik atau fisiologia anak, tetapi juga berdampak pada aspek psikodinamika, perkembangan psikososial, dan maturasi organik. Berikut ini akan diuraikan dampak nutrisi pada aspek–aspek tersebut. 1. Dampak psikologis 1. Psikodinamika (Freud) Pada anak usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar melalui oral. Fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan minum. Kebutuhan makn dan minum anak dipenuhi lingkungan, khususnya ibu, baik berupa air susu ibu (ASI) pada saat menyusui maupun makanan lumat. Dampak psikodinamika yang diperoleh bayi adalah kepuasaan karena terpenuhinya kebutuhan dasar dan kehangatan saat pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. 1. Psikososial (Erikson) Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pendekatan psikososial adalah tercapainya rasa percaya dan tidak percaya sebagai kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Makanan dapat merupakan stimulus yang dapat meringankan rasa lapar anak, dan memuaskan yang konsisten terhadap rasa lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak pada lingkungannnya, terutama pada keluarga. 1. Maturasi organic (Piaget) Perkembangan organik yang dialami anak melalui makanan adalah pengalaman mendapatkan beberapa sensoris, seperti rasa atau pengecapan, penciuman, pergerakan, dan perabaan. Dengan demikian dikenalkan berbagai macam makanan, anak akan kaya dengan berbagai macam rasa, demikian juga dengan bertambah kayanya penciuman melalui bahan makanan. Selain itu, dengan makanan anak akan dapat meningkatkan keterampilan, seperti memegang botol susu, memegang cangkir, sendok, dan keterampilan koordinasi gerakan seperti menyuap dan menyendok makanan. 1. Dampak fisiologis Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah terhadap pertumbuhan fisik anak. Selama intrauterine (di dalam uterus), asupan nutrisi yang adekuat pada ibu berdampak tidak hanya pada kesehatan ibu, tetapi lebih pada pertumbuhan janin. Dengan asupan nutrisi yang adekuat, dari hari ke hari kehamilan ibu bertambah besar dan sejalan dengan itu janin tumbuh dan berkembangsampai pada usia kehamilan yang matang, maka janin siap dilahirkan dengan berat badan, panjang badan dan pertumbuhan organ fisik lainnya yang normal. Terutama pada trimester ke pertama pada saat terjadi pertumbuhan otak, asupan nutrisi yang adekuat terutama protein akan mempengaruhi petumbuhan otak. Sebaliknya, apabila ibu tidak mendapt asupan gizi yang adekuat, bayi dapat lahir dengan berat badan rendah. Diet atau pembatasan makanan pada ibu selama masa kehamilan akan menurunkan berat badan bayi. Begitu juga setelah anak dilahirkan, asupan nutrisi yang tepat untuk bayi, toddler, prasekolah, usia sekolah, dan remaja akan sangat mempengaruhipada pertumbuhan fisik mereka, yaitu anak akan bertambat berat dan bertambah tinggi atau meningkat secara kuantitas. (Yupi Supartini, 2000) 1. D. JENIS – JENIS KEBUTUHAN NUTRIEN YANG DIPERLUKAN BAYI DAN ANAK 1. 1. Air (H2O) Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien lainnya. Berikut ini adalah tabel kebutuhan anak usia bayi untuk pemenuhan kebutuhan terhadap air : No. Usia Air per kg BB per hari (ml) 1 3 hari 80 – 100 2 10 hari 125 – 150 3 3 bulan 140 – 160 4 6 bulan 130 – 155 5 9 bulan 125 – 145 6 1 tahun 120 – 135 (Yupi Supartini, 2004) Sekitan 65% dari bobot tubuh adalah air. Air ini merupakan unsur paling penting diantara semua nutrient dan terdapat baik dalam makanan padat maupun dalam minuman. Sejumlah kecil air dihasilkan oleh metabolisme. Air merupakan media tempat semua proses metabolisme berlangsung. Kehilangan air terjadi melalui udara pernafasan disamping itu lewat keringat, urine dan feses. Manusia dapat hidup berminggu – minggu tanpa makanan, namun tanpa air hidupnya hanya beberapa hari saja (Mery E. Beck, 2000). 1. 2. Protein Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Tedapat dua jenis protein, yaitu : 1) Protein hewani : yang didapat dari daging hewan. 2) Protein nabati : yang didapat dari tumbuh – tumbuhan. Nilai gizi protein hewani lebih besar dari pada protein nabati dan lebih mudah diserap oleh tubuh. Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein hewani dan protein nabati sangat dianjurkan dalam pemenuhan protein yang seimbang (Yupi Supartini, 2004). Fungsi protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan tubuh, yaitu : 1. Protein menggantikan protei yang hilang selama proses metabolisme yang normal dan proses pengauasan yang normal. Protei akan hilang dalam pembentukan rambut serta kuku, dan sebagai sel – sel mati yanfg lepas dari permukaan kulit serta traktus alimentarius, dan dan dalam sekresi pencernaan. 2. Protein menghasilkan jaringan yang baru. Jaringan baru terbentuk selama masa pertumbuhan, kesembuhan dari cidera, kehamilan dan laktasi. 3. Protein diperlukan dalam pembuatan protein – protein yang barudengan fungsi khusus didalam tubuh, yaitu : sebagai enzim, hormone dan hemoglobin. 4. Protein dapat dipakai sebagai sumber energi. (Mary E. Beck, 2000) 1. 3. Lemak Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi sampai kurang lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorsi vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Yupi Supartini, 2004). Fungsi dari lemak, sebagai berikut (Mery E. Beck, 2000): 1) Sumber energi, lemak dioksidasi di dalam tubuh untuk memberikan energi bagi aktivitas jaringan dan guna mempertahankan suhu tubuh. 2) Ikut serta membangun jaringan tubuh., sebagian lemak masuk ke dalam sel – sel tubuh dan merupakan bagian esensial dari strutur sel tersebut. 3) Perlindungan. Endapan jaringan lemak di sekitar organ tubub yang penting akan mempertahankan organ tubuh dalam posisiny dan melindunginya terhadap rudapaksa. 4) Penyekat (isolasi). Jaringan lemak subkutan akan mencegah kehilangan panas dari tubuh. 5) Perasaan kenyang. Adanya leamak di dalam chime ketika lewat dalam duodenum mengakibatkan penghambatan peristaltis lambung dan sekresi asam, sehingga menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar. 6) Vitamin larut – lemak. Membantu proses penyerapan dari dalam usus dan melarutkan vitamin – vitamin yang larut dalam lemak. 1. 4. Karbohidrat Karbohidrat adalah sumber tenaga pada anak. Bayi yang baru mendapat asupan makanan dari ASI akan mendapatkan 40% kalori dari laktosa yang dikandung dalam ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah mendapatkan makanan yang banyak mengandung tepung, seperti bubur susu, sereal, nasi tim, atau nasi. Apabila tidak mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh akan memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh (Yupi Supartini,2004). Dibawah ini kebutuhan kalori untuk bayi dan anak (marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988) : No. Usia Berat badan (kg) Permukaan tubuh (m2) Cal/kg (kg) 1 Neonatus 2,5 – 4 0,2 – 0,23 50 2 1mgg – 6bln 3 – 8 0,23 – 0,35 60 – 70 3 6 bln – 12 bln 8 – 12 0,35 – 0,45 50 – 60 4 12 bln – 24 bln 10 – 15 0,45 – 0,55 45- 50 5 2 thn – 5 thn 15 – 20 0,6 – 0,7 45 6 6 thn – 10 thn 20 – 35 0,7 – 1,1 40 – 45 7 11 thn – 15 thn 30 – 60 1,5 – 1,7 25 – 40 8 Dewasa 70 1,75 15 – 20 Fungsi karbohidrat dioksidasi di dalam tubuh agar menghasilkan panas dan energi bagi segala bentuk aktivitas tubuh. 1. 5. Vitamin Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi tubuh (Marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988). Vitamin terbagi dalam dua bagian besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak : 1) Vitamin yang larut dalam air Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C yang tidak disimpan dalam tubuh, melainkan harus dikonsumsi melalui makanan tertentu., vitamin B mencakup vitamin B1, B2 dan B12. Berikut ini adalah fungsi – fungsi dari vitamin tersebut : B1 :atau tiamin diperlukan tubuh untuk metabolisme karbohidrat dalam pembentukan energi (sebagai koenzim). Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan tubuh cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan pembuluh darah dan sel saraf. B2 : atau riboflavin penting dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, dan asam lemak yaitu sebagai koenzim dari flavin enzim. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan tubuh merasa lelah sehingga kurang aktif dalam bekerjaserta dapat mengurangi ketajaman penglihatan. B12 : kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia 2) Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Berikut ini peranan penting vitamin A,D, E, dan K dalam tubuh : A : untuk pertumbuhan, penglihatan, reproduksi, dan pemilihan sel epitel D : untuk penyerapan dan metabolisme kalsium dan fosfor, pembentukan tulang dan gigi. E : untuk berbagai senyawa yang larut dalam lemak dan berperan dalam fetilisasi manusia. K : untuk proses pembentukan darah dan mineral yang dibutuhkan tubuh adalah mineral makro, yaitu Ca, P, Mg, Na, dam K serta mineral mikro yaitu Fe dan Zn. (Yupi Supartini, 2004) 1. 6. Mineral Unsur – unsur mineral terdapat di dalam jaringan tulang, gigi dan protein. Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Unsur – unsur mineral di dalam tubuh kurang lebih 3% dari keseluruhan bibot tubuh. Sejumlah mineral yang terlibat dalam pelbagai proses tubuh : kalsium, fosfor, kalium/ potassium, sulfur/ belerang, natrium/ sodium, klor, besi fluor, tembaga, seng, yodium, kobalt, mangan, magnesium, kromium dan selenium. Fungsi mineral dalam tubuh ada 3, yaitu : 1) Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan kekuatan serta rigiditas kepada jaringan tersebut, misalnya : kalsioum, fosfor dan magnesium. 2) Mineral membentuk garam – garam yang dapat larut dan dengan demikian mengendalikan komposisi cairan tubuh. 3) Mineral turut membangun enzim dan protein. (Mery E. Beck, 2000) 1. E. NUTRISI SESUAI TUMBUH KEMBANG ANAK 1. 1. Kebutuhan nutrisi pada bayi Bayi (0 sampai 24 bulan) memerlukan jenis makanan air susu ibu (ASI), susu formula, dan makanan padat. Kebutuhan kalori bayi antara 100–200 kkal/kgBB. Pada 4 bulan pertama, bayi lebih baik hanya mendapatkan ASI saja (ASI eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia lebuh dari 4 bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI atau susu formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bias mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasi postnatal, wanita hamil, menderita penyaki menular dan sedang dalam terapi steroid atau morfin. (Yupi Supartini, 2004) Berikut ini adalah pemberian nutrisi sesuai umur pada bayi dari lahir sampai12 bulan ( Menurut : FKUI, 1985 ): 1. Bayi baru lahir sampai umur 4 bulan Bayi mulai disusukan sedini mungkin, langsung setelah lahir. Waktu dan lama menyusui disesuaikan dengan kebutuhan bayi (on demand). Hindarkanlah pemberian makanan tambahan seperti madu, air, larutan glukosa dan makanan prelakteal lainnya. Jika setelah disusukan kemidian ternyata bayi menjadi kebiruan dan sesak nafas, perlu difikirkan terhadap kemungkinan adanya kelainan seperti obstruksi atau fistula esophagus. Selanjutnya bayi dapat diberikan buah–buahan (pisang) atau biscuit sejak usia 2 bulan sedangkan pemberian makanan lumat sampai lembik (bubur susu) pada usia 3 – 4 bulan, sesuai keperluan bayi masing – masing. Bayi akan lapar dan menangis terus bila ASI kurang dan hal ini juga akan terlihat dari pertumbuhan bayi yang tidak memuaskan. Untuk mengatasi pertumbuhan, bayi perlu ditimbang secara berkala, yaitu bila mungkin dilakukan stiap hari pada munggu pertama, selanjutnya setiap minggu sampai akhir bulan pertama, kemudian setiap 2 minggu dalam bulan kedua dan ketiga dan seterusnya setiap bulan. Pada bulan keempat biasanya dimulai pemberian makanan padat, yaitu makanan lumat, misalnya bubur susu yang dapat dibuat dari tepung (beras, jagung atau havermouth), susu dan gula. Waktu yang untuk memberikan makanan lumat dapat dipilih yang sesuai, misalnya sekitar jam 09.00 dengan memperhatikan bahwa kira – kira 2 jam sebelumnya tidak diberikan apa – apa. Dengan demikian bayi menyusui dengan kebutuhannya, diberi bubur susu satu kali dan buah – buahan satu kali. Pada umur ini dapat pula diberikan telur ayam, akan tetapi perlu waspada terhadap kemungkinan alergi dengan gejala urtikaria. Bila terjadi hal ini, pemberian telur ditangguhkan. Biasanya setiap bayi sudah tahan terhadap telur pada usia 7 bulan keatas. 1. Bayi umur 5 – 6 bulan Dapat diberikan 2 kali makanan bubur susu sehari, buah – buahan dan telur. 1. Bayi umur 6 – 7 bulan Bayi dapat mulai diberikan nasi tim yang merupakan makanan lunak dan juga merupakan makanan campuran yang lengkap karena dapat dibuat dari beras, bahan makanan sumber protein hewani (hati, daging cincang, telur atau tepung ikan) dan bahan makanan sumber protein nabati yaitu tahu, tempe, sayuran hijau (bayam), buah tomat dan wortel. Dengan demikian nasi tim merupakan makanan yang mengandung nutrien yang lengkap bila dibuat dengan bahan – bahan tersebut. Selama masa bayi makan nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan menelannya dan tidak banyak mengandung serat – serat yang dapat mempersulit pencernaan. 1. Bayi umur 8 – 12 bulan Bubur susu sudah dapat diganti seluruhnya dengan nasi tim, yaitu, pada pagi hari sebagai makan pagi, misalnya jam 09.00, pada siang hari sebagai makan siang sekitar jam 13.00 dan pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 – 18.00. Bila bayi disusukan sesuai dengan anjuran yaitu melebihi masa 1 tahun, perlu diperhatikan kemingkinan timbulnya anoreksia terhadap makanan lin, sehingga anak akan kekurangan protein dan kalori, dan pada akhirnya menderita penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP). Pengaturan makan bayi yang berhasil pada masa bayi akan mempermudah kelancaran pengaturan makan pada usia selanjutnya. Pada akhir masa bayi telah dibiasakan bayi menerima makanan 3 kali sehari,m yaitu pada waktu pagi (makan pagi), siang (makan siang), dan sore atau malam (makan malam). Selama masa bayi telur cukup diberikan sekali sehari, bila bayi tidak alergi. Telur dapat dimakan tersendiri setelah dimasak matang atau setengah matang atau dimakan bersama – sama dengan nasi tim. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada masa bayi meliputi Air Susu Ibu (ASI), susu formula, dan MP – ASI : 1) Air susu ibu (ASI) Dalam ASI terkandung antibody, pemberiannya mudah, murah dan praktis. Dengan pemberian ASI maka kebutuhan psikologis anak sekaligus terpenuhi karena saat memberikan ASI ibu dapat memelu dan mendekap anak sehingga anak merasa dan nyaman dalam pelukan ibunya. Manfaat ASI untuk bayi adalah melindungi dari penyakit infeksi, diare, dan alergi, mempererat hubungan dengan ibu, dan meningkatkan daya tahan ibu, sedangkan manfaat untuk ibu adalah memberikan kepuasan, lebih praktis, murah dan dapat menunda masa subur. Walaupun demikian, ada beberapa kendala dalam pemberian ASI, yaitu putting susu masuk ke dalam dan perasaan nyeri yang hebat karena putting susu terluka. Kandungan zat gizi ASI (setiap 100 gram) : Kalori : 68 kalori Protein : 1,4 gram Lemak : 3,7 gram Karbohidrat : 7,2 gram Zat kapur : 30 gram Fosfor : 20 gram Vitamin A : 60 gram Tiamin : 30 gram Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI : Immunoglobulin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Losozim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Laktoperiksidase yang dapat membunuh Streptococcus. Laktoferin yang dapat membunuh beberapa jenis organisme. Sel darah putih yang dapat berfungsi sebagai fagositosis. Zat anti staphylococcus yang dapat manghambat pertumbuhan staphylococcus. Cara menilai kecukupan ASI dalam tubuh adalah dengan menilai komponen sebagai berikut : a) Berat badan lahir telah tercapai kembali sekurang – kurangnya pada akhir minggu kedua setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%. b) Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan dan menunjukkan kenaikan sebagai berikut : • Triwulan I : 150 – 250 gr/bulan • Triwulan II : 500 – 600 gr/bulan • Triwulan III : 350 – 450 gr/bulan • Triwulan IV : 250 – 350 gr/bulan • Atau usia 4 – 5 bulan : dua kali berat badan lahir dan pada usia 1 tahun tiga kali berat badan lahir. c) Penilaian subjektif, yaitu bayi tampak puas dan tidur nyenyak setelah disusui dan ibu merasakan tegangan payudara sebelum dan sesudah menyusui serta merasakan aliran ASI cukup deras. (Yupi Supartini, 2004) 2) Susu formula Walaupun ASI adalah makanan utama pada bayi teritama usia 0 – 6 bulan, susu formula dapat dianjurkan untuk diberikan pada bayi di atas 6 bulan. Ada 4 klasifikasi susu formula, yaitu : a) Starting formula. Formula ini diberikan pada 6 bulan pertama usia bayi sampai dengan usia 1 tahun tahun sebagai pelengkap jenis makanan lain. b) Formula adaptasi. Formula ini diberikan dengan kompssosisi mendekati ASI sebagai adaptasi. c) Formula lanjutan. Formula ini diberikan setelah bayi berusia di atas 6 bulan sebagai makanan tambahan. d) Medical formula (formula khusus). Formula ini khusus diberikan untuk bayi dengan kondisi khusus, seperti bayi premature, bayi dengan kelainan metabolik kongenital atau bayi dengan intoleransi terhadap formula biasa. (YupiSupartini, 2004) 3) Makanan Pendamping – ASI Saat mulai diberikan MP – ASI tersebut harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya. Sebaiknya MP – ASI mulai diberikan pada umur 4 – 6 bulan. Pada bulan pertama sebaiknya bayi hanya mendapat ASI (Exclusive Breast Feeding = ASI ekslusif). Hal ini erat dengan 4 – 6 bulan, abyi sudah mampu malakukan koordinasi mengisap, menelan, dan siap mengisap makanan yang cair saja. Disamping itu ASI masih mencukupi kebutuhan bayi asampai 4 – 6 bulan pertasma kehidupan. Alasan pemberian MP – ASI dimulai sejak pada umur 4 – 6 bulan (menurut : Soetjiningsih, 2002), adalah : 1. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas dan aktivitas makin beratambah, sedangkan produiksi ASI relative tetap. Sehingga diperlukan tambahan makanan selain ASI yang dumulai pada umur 4 – 6 bulan untuk membiasakan bayi makan makanan lain selain ASI. 2. Pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak pula. Sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI. 3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan menelannya. Pada saat bayi diberi kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lumat. Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 – 9 bulan mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan kebawah, sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Dengan kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari tangannya kemudian umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir/ gelasyang dipegang oleh orang lain. 4) Pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat Berikut ini adalah beberapa pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat : 1. Untuk bayi, makanan utama adalah ASI ditambah makanan pelengkap. Pada usia 0 – 4 bulan, ASI harus langsung diberikan sesaat setelah melahirkan hindari pemberian makanan tambahan seperti madu, glukosa dan makanan pralakteal lainnya. Pada usia di atas 4 bulan boleh diberikan makanan luamat berupa bubur susu 1 kali dan buah 1 kali. Untuk bayi usia 5 – 6 bulan diberikan 2 kali bubur susu, buah – buahan dan telur. Untuk bayi usia 6 – 7 bulan dapat dimulai dengan pemberian nasi tim dengan campuran antara beras, sayuran dan daging atau ikan. Bayi umur 8 – 12 bulan diberikan nasi tim dengan frekuensi 3 kali sehari, dan bubur susu tidak diberikan lagi. 1. Makanan padat. Makanan padat mulai diberikan pada usia di atas 4 bulan, saat bayi mulai belajar duduk, kuat menahan leher dan kepalanya, serta dapat menyatakan keinginannya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan padat : Bayi telah siap menerima makanan dalam bentuk padat Berikan makanan padat sesuai dengan kemampuan anak mengunyah. Observasi tanda alergi makanan (misalnya : kulit merahflatus terus, perubahan konsistensi feses). Kenalkan jenis makanan untuk satu waktu. Bila bayi berasal dari keluarga vegetarian atau hanya memakan sayuran saja, maka tambahkan zat besi (Fe). Apabila jumlah makanan yang dikonsumsi lebih banyak, asupan susu harus dikurangi. Biarka bayi mencoba mengenal cara makan (misalnya memainkan sendoknya) Jangan terburu – buru dalam memberikan makanan, terutama makanan padat. Berikan makanan secara bertahap (misalnya 1 atau 2 sendok di hari pertama kemudian meningkat menjadi 3 – 4 sendok pada hari berikutnya dan seterusnya). Berikan makanan pada saat anak lapar. 1. 2. Kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler Anak usia toddler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu bergerak terus, tidak bisa diam dan sulit untuk diajak duduk dalam waktu yang relatif lama. Selain itu, pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan sedikit lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori. Kebutuhan kalori kurang lebih 100 kkal per kg berat badan (BB). Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler : a) Anak sukar atau kurang mau makan. b) Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya cukup banyak dan pada hari berikutnya makannya sedikit. c) Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu. d) Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu lama. Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut : 1) Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan, misalnya memberi makan sambil mengajaknya bermain. 2) Beri kesempatan anak untuk belajar makan mandiri. Jangan berharap anak dapat makan dengan rapi sebagaimana anak yang lebih besar karena usia toddler belum mampu melakukannya. 3) Jangan menuruti kecenderungan anak untuk hanya menyukai satu jenis makanan tertentu. Kenalkan selalu dengan jenis makanan baru. 4) Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak terlalu lancer. 5) Kurangi frekuensi minum susu. Dianjurkan untuk memberikan 2 kali sehari saja. 1. 3. Kebutuhan nutrisi pada anak usia pra sekolah Anak usia Pra Sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kgBB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak Prasekolah adalah sebagai berikut : 1) Nafsu makan berkurang. 2) Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya dari pada makan. 3) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru. 4) Waktu makan merupsksn kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga. Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut : a) Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas bermain yang lain. b) Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan dengan frekuensi lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberikan makanan padat, seperti nasi 3 kali sehari, berikan makanan ringan di antara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1 – 2 kali sehari. c) Izinkan anak untuk membentu orang tua menyiapkan makanan dan jangan terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi. d) Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang. e) Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta peraasaannya saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan Anda atau anggota keluarga lainnya. 1. 4. Kebutuhan nutrisi pada anak usia sekolah Anak usia sekolah mempunyai lingkungan social yang lebih luas selain keluarganya, yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi social, nilai moral dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan bermain dengan teman sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan dari pada bermain di lingkungan rumah. Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal/kgBB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut : 1) Anak dapat mengatur pola makannya sendiri. 2) Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di lingkungan luar rumah serta adanya reklame atau iklan makanan tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya. 3) Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur – angsur hilang. 4) Pengaruh aktivitas beramain dapat menyeababkan keinginan yang lebih besar pada aktivitas bermain dari pada makan. Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut : a) Motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang baik. b) Motivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang baru. c) Jelasakan pada anak bahwa waktu makan bersama keluarga adalah lebih baik dari pada bermain karena saat itu dapat menjadi kesempatan bagi anak untuk berkonsultasi dengan orang tua dan bagi orang tua untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh anak di sekolah dan di lingkungannya. d) Fasilitasi orang tua untuk tidak membiasakan anak mendapat jajanan di sekolah ataupun di lingkungan luar rumah karena belum tentu sehat dan hal itu bukan pola kebiasaan yang baik bagi anak. Anjurkan untuk selalu menyediakan makanan kecil untuk dibawa ke sekolah maupun disediakan di rumah. 1. 5. Kebutuhan nutrisi pada anak usia remaja Usia remaja adalah fase anak tumbuh dan berkembang sangat cepat. Anak perempuan usia 11 tahun sudah memasuki prapubertas dan anak laki – laki pada usia 12 tahun. Untuk memenuh kebutuhan perkembangan yang sangat cepat tersebut, anak membutuhkan nutrisi esensial, yaitu lebih banyak protein, karbohidrat, vitamin, danm mineral. Apabila pemenuhan kebutuhan nutrisi anak kurang, hal itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan seks anak. Kebutuhan kalori anak dipengaruhi oleh waktu pencapaian anak untuk masuk fase prapubertas. Jadi, anak perempuan lebih dini memerlukan peningkatan kalori dibandingkan dengan anak laki – laki, sedangkan untuk aktivitas fisik, anak laki – laki memerlukan 60 kkal per kg BB dan anak perempuan 50 kkal per kg BB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia remaja adalah sebagai berikut : 1) Besarnya pengaruh kelompok atau geng akan mempengaruhi pola kebiasaan makan anak. 2) Anak sering kali tidak sempat makan di rumah karena banyak aktivitas di luar rumah baik di sekolah, kelompok, klub olahraga, maupun kegiatan kelompok lainnya. 3) Kareana perubahan aktivitas yang lebih banyak memakan waktu di luar ruamah, biasanya anak lebih menyukai makanan ringan. 4) Anak memasuki fase pubertas sehingga mereka mulai memperhatian bentuk badannya. Pada beberapa anak perempuan, hal ini akan mempengaruhi pola makannya yang diatur dan dibatasi karena takut kegemukan. Sebaliknya, stress yang dialami dapat juga menyebabkan anak mencari pelarian pada makanan, sehingga mengkonsumsi makanan secara berlebihan apabila anak tidak mempunyai kemampuan koping yang positif. Anjuran untuk remaja dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut adalah : a) Motivasi anak remaja untuk tetap mempunyai pola makan yang teratur. b) Fasilitasi orang tua untuk cermat mengamati pemenuhan kebutuhan nutrisi anak remaja terutama apabila anak terlalu banyak beraktivitas di luar rumah untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler atau aktivitas sosial. c) Apabila anak menyukai makanan ringan, anjurkan orang tua untuk dapat memilihkan jenis makanan ringan yang bergizi. d) Kalau diperlukan, anjurkan orang tua berkonsultasi kepada ahli yang berkaitan dengan masalah nutrisi anak remaja. (Yupi Supartini, 2004) 1. F. NUTRISI PADA WAKTU ANAK SAKIT Para perawat harus memperhatikan berapa banyak makanan yang dimakan oleh anak. Anak yang tidak menghiraukan jumlah makannya, suka memilih-milih makanan atau tidak dapat makan dengan jumlah memadai sering tidak diketahui oleh perawat. Pasien-pasien ini harus segera di kenali harus diawasi setiap makanan yang masuk dan diberikan diet yang sesuai dengan suplementasi nutrient yang diperlukan. Perawat harus memberikan perhatian pada penyajian suatu hidangan maupun pada kandungan nutrient dalam hidangan tersebut. Anak yang selera makannya jelek cenderung memakan hidangan yang tampak menarik dan menggoda selera. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu : 1. Makanan dihidangkan pada saat-saat yang tepat 2. Menu rumah sakit harus memberikan hidangan yang gizinya memadai dan memenuhi selera anak 3. Peralatan makan harus menarik perhatian anak 4. Penyajian harus menarik 5. Pasien yang selera makannya kurang diberikan hidangan dengan porsi kecil-kecil. 6. Pertimbangkan kesenangan dan ketidaksukaan pasien terhadap jenis-jenis makanan tertentu 7. Makanan harus dapat dimakan dengan mudah jangan yang keras/alot. 1. 1. Gambaran Umum Tingkat morbiditas anak 0 – 24 bulan sangat tinggi di kedua lokasi studi. Pada setiap saat sepertiga sampai separuh dari anak umur 0 – 24 bulan menderita diare, ISNA atau penyakit lainnya. Meskipun semua kelompok umur anak 0 – 24 bulan menderita berbagai penyakit tersebut, tetapi angka morbiditas tertinggi ditemui pada kelompok usia 9 – 24 bulan. Di lokasi studi, anak – anak dari kelompok gizi kurang menderita sakit lebih sering dari pada anak – anak kelompok gizi baik. Keadaan gizi anak mulai menurun pada saat anak menderita sakit berulang hal ini karena tidak tepatnya pemberian makanan pada waktu dan setelah anak sembuh dari sakit. 1. 2. Pemberian ASI (Air susu ibu) Pemberian ASI ditemukan pada waktu menderita diare dan penyakit lainnya. Hal ini disebabkan karena ASI dianggap dapat membantu penyembuhan penyakit anak. Di Jawa Timur, ibu menyusui minum jamu bila anak sakit, karena ibu beranggapan bahwa jamu tersebut selain dapat memperlancar ASI juga mempengaruhi terhadap kesembuhan anak. 1. 3. Pemberian MP (Makanan pendamping) – ASI Bila anak yang menderita sakit keras masih menyusu, ibu–ibu hampir selalu tidak memberikan MP–ASI kepada anak tersebut karena : • Ibu beranggapan anak tidak mau makan. • Ibu percaya MP–ASI, khususnya makanan yang digoreng dan makanan yang pedas dapat memperburuk kondisi anak. Anak yang lebih tua (dalam usia menjelang 2 tahun) kadang–kadang diberikan makanan yang sangat lunak waktu anak tersebut menderita diare, tetapi porsinya sedikit sekali dan bila anak tersebut sudah memperlihatkan tanda – tanda kesembuhan. “Ibu – ibu menyadari bahwa perlu upaya untuk nenperbaiki makanan selama dan setelah anak sembuh dari sakit. Untuk menghindari kondisi anak menjadi semakin lemah dan anak menjadi kuat kembali”. Seringnya penyakit yang menyerang anak pada umur 0 – 24 bulan, merupakan suatu factor penyebab yang penting terjadinya keadaan gizi yang kurang. Cara yang terbaik adalah ibu perlu melanjutkan pemberian ASI, memberikan makanan minimal makanan yang berlemak dan kalori tinggi, selain itu menambah jumlah makanan ssesudah anah sembuh. Pemberian ASI, MP – ASI perlu diteruskan dengan catatan bentuknya lebih lunak dan diberikan sering, Hambatan untuk hal tersebut tidak begitu berat kecuali hanya dari ibu yang tidak berusaha agar anak mau makan selama anak sakit anjurkan dilakukan dengan memperhatikan perlunya mencegah menjadi lemah dan diusahakan agar anak menjadi lebih kuat. (Suhardjo,1992). 1. G. TOTAL PARENTERAL NUTRITION ( TPN ) Nutrisi parenteral diberikan hanya kalau pasien tidak dapat menerima makanannya lewat jalur enteral (pemberian nutrisi ke dalam saluran pencernaan lewat selang lambung, jejunostomi atau gastrostomi). TPN diberikan pada kondisi bayi yang lahir dengan berat badan rendah, atau kondisi lain seperti yang mengalami chronic intestinal obstruction, diare, irradiation, penyakit terminal (Thompson’s, 2001). 1. Nutrisi Parenteral Jangka Pendek & Jangka Panjang : Nutrisi parenteral sebaiknya dimulai seawal mungkin: Bila saluran cerna harus diistirahatkan untuk waktu singkat, maka dapat diberikan nutrisi parenteral jangka. pendek. Tapi bila diperlukan, dapat diberikan nutrisi parenteral jangka panjang yang penting jangan biarkan tubuh dalam keadaan “puasa” terlalu lama. Pada keadaan puasa, baik sengaja atau tidak, akan terjadi mekanisme pengaturan tubuh untuk mempertahankan fungsi-fungsi vital selama mungkin. Penyesuaian ini menjamin penyediaan dari bahan nutrisi yang penting, walaupun dalam jumlah terbatas 2. Tujuan utama pemberian nutrisi secara parenteral ialah : • Mempertahankan sirkulasi • Mencukupi dan mempertahankan keseimbangan air, asam amino, dextrose, vitamin, mineral dan elektrolit • Mencegah dan mengganti kehilangan jaringan tubuh (katabolisme) dan • Mengurangi morbiditas dan mortalitas 3. Cara pemberian nutrisi parenteral : 1. Pada bayi - Dapat diberikan melalui vena – vena perifer pada kepala atau pada ekstremitas. - Bila terpaksa, pada anak yang agak besar dapat juga diberikan melalui vena subklavia. 1. Pada orang dewasa - Dapat diberikan melalui vena perifer, lemak glukosa dan asam amino dapat diberikan secara terpisah maupun digabungkan. Infuse sebaiknya tidak lebih lama dari 8 – 12 jam/hari, untuk mencegah terjadinya infeksi mekanis dan thromboflebitis. - Dapat juga diberikan melalui vena sentral, biasanya dipakai vena subklavia. Bila tidak ada komplikasi maka infuse dapat dipakai terus selama 4 minggu. Pasien yang sedang diberikan TPN harus sering dievaluasi karena bisa terlepas. Komplikasi dari terapi ini sangat serius, sehingga setiap 24 jam bagian bag, IV tubing, filter (jika digunakan) harus diganti untuk mencegah infeksi. Kontaminasi dari selang dapat mengakibatkan trombosis, extravasation, metabolic complications (ex : Hyperglikemia, osmotic diuresis), azotemia (Thompson’s, 2001). 1. 4. Nutrisi Parenteral Total (TPN) pada Bayi Prematur Bayi prematur masih merupakan masalah yang penting dalam bidang perinatologi, karena berkaitan dengan kejadian mortalitas dan morbiditas masa neonatus. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu. Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dan Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR). BBLR dibedakan atas berat lahir sangat rendah (BLSR), yaitu bila < 1500 gram, dan berat lahir amat sangat rendah (BLASR), yaitu bila < 1000 gram. Tujuan pemberian NPT adalah memberikan nutrien yang cukup untuk menyokong pertumbuhan ekstrauterin tanpa menyebabkan efek yang merugikan terhadap pertumbuhan dan fungsi sistem organnya. Pemberian nutrisi parenteral baik total maupun parsial bukanlah tindakan yang rutin dilakukan pada bayi prematur. NP (Nutrisi Parenteral) harus diberikan untuk pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan adekuat secara enteral. NPT diberikan bila saluran cerna tidak dapat digunakan karena malformasi intestinal, bedah saluran cerna, sangkaan enterokolitis nekrotikan, distress pernapasan, atau keadaan dimana saluran cerna tidak mampu melakukan fungsi digesti dan absorbsi. Bayi prematur dengan BLSR diberikan NPT dengan pertimbangan sebagai berikut: a) Sebagian besar BBLSR dilahirkan dengan usia kehamilan < 32 minggu. Mereka mempunyai kebutuhan gizi yang khusus karena cepatnya laju pertumbuhan dan fungsi yang belum matang. b) Cadangan energi terbesar tubuh adalah bentuk lemak yang memberikan energi sebesar 9 kal/gram. Sesuai dengan pola pertumbuhan intra uterin dimana pembentukan otot dan jaringan lemak bawah kulit pada trimester akhir kehamilan, maka energi dalam bentuk hidrat arang dan lemak pada bayi prematur cenderung akan kurang. Demikian juga pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah10. Tubuh bayi matur mengandung 15% lemak dan bayi prematur dengan berat 1 kg hanya mengandung 2,3%. c) Memberikan nutrisi yang optimal pada bayi-bayi ini sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan tumbuh kembang selanjutnya. Bayi yang mendapat nutrisi tidak adekuat akan mengalami penghentian pertumbuhan otak dan berisiko untuk kerusakan otak permanen. Ini telah dibuktikan dengan hasil otopsi terhadap otak bayi kurang gizi yang memperlihatkan berkurangnya jumlah sel dan defisiensi kandungan lipid serta phospholipid. NPT dapat menyokong pertumbuhan bayi BBLSR dengan adekuat. d) Proses pemberian makanan melalui mulut memerlukan pengisapan yang kuat, kerjasama antara menelan dan penutupan epiglotis serta uvula dari laring maupun saluran hidung, juga gerak esophagus yang normal1. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 29 – 30 minggu akan mulai mengisap beberapa hari setelah lahir. Koordinasi yang baik antara mengisap dan menelan biasanya tidak tampak sampai usia kehamilan 33 – 34 minggu. e) Aktivitas esofagus yang terorganisir belum berkembang sampai usia kehamilan 34 minggu. Gelombang tekanan lambung adalah lanjutan dari peristaltik esofagus. Pemeriksaan gerakan lambung difokuskan pada pengosongan lambung. Kombinasi tekanan yang rendah dan relaksasi esofagus yang panjang memudahkan terjadinya refluks esofagus. f) Saluran cerna bayi baru lahir harus mampu untuk melaksanakan fungsinya, antara lain fungsi digesti dan absorbsi nutrien, mempertahankan keseimbangan cairan, serta fungsi proteksi terhadap toksin dan alergen. Tergantung dari tingkat prematuritasnya, kemampuan ini terbatas. Aktivitas amilase yang diperlukan untuk digesti karbohidrat belum terdeteksi pada prematur dan masih rendah sampai bayi berusia 4 bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian NPT: 1. Energi Kebutuhan nutrisi pada neonatus diketahui bervariasi menurut berat lahir dan usia kehamilan, cara pemberian, serta perubahan metabolik yang disebabkan oleh penyakit. Bayi prematur hanya mempunyai sedikit cadangan energi karena kurangnya cadangan glikogen pada hati dan lemak bawah kulit. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan bayi yang matur maka kebutuhan energinya jauh lebih besar, terutama karena pertumbuhannya yang pesat dan imaturitas fisiologiknya. Kebutuhan energi BBLSR dibagi menjadi dua komponen penting, yaitu kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh dan kebutuhan untuk tumbuh. Kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh antara lain meliputi metabolisme basal, aktivitas otot, regulasi suhu tubuh SDA (Spesific Dynamic Action), dan ekskresi. Kebutuhan energi untuk tumbuh berhubungan dengan kandungan energi dari jaringan dan tergantung pada komposisi jaringan baru yang disintesa. Bayi yang mendapat NPT tumbuh pada masukan energi yang lebih rendah, karena kehilangan energi fekal dan SDA lebih sedikit, sehingga mengurangi pelepasan energi. Pemberian energi parenteral 50 kkal/hari telah cukup untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan. Untuk sintesa jaringan, diperlukan 10 – 35 kkal/kgbb/hari, sedangkan untuk cadangan nutrien jaringan 20 – 30 kkal/kgbb/hari tergantung dari komposisi jaringan baru tersebut. 1. Jumlah cairan: Volume cairan ekstraseluler pada bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur pada minggu pertama sesudah lahir akan kehilangan carian ekstraseluler dengan cepat yang menyebabkan penurunan berat badannya. Kebutuhan cairan pada bayi prematur dapat meningkat atau menurun, tergantung pada lingkungannya. Kebutuhan meningkat pada keadaan seperti: memerlukan perawatan dengan radiant warmer, inkubator, fototerapi, mengalami distres pernapasan, keadaan hipermetabolik, diare, atau mendapat pengobatan furosemid. Kebutuhan menurun pada keadaan bayi dirawat dengan doble walled incubator, di ruangan dengan kelembaban tinggi, atau mengalami oliguria. Tubuh kehilangan cairan melalui jalur renal dan ekstrarenal. Jalur ekstrarenal terdiri atas kehilangan air yang tidak terasa (kehilangan air insensibel) melalui kulit (transpidermal) dan melalui paru. Kehilangan ini meningkat karena aktivitas, stres respirasi, kelembaban udara rendah, atau temperatur tinggi. Penelitian pada BBLSR 26 – 29 minggu kehilangan berat rata-rata pada minggu pertama berkisar 12 – 15% dari berat lahirnya. Hal ini karena kehilangan cairan transepidermal, sekunder terhadap stratum korneum yang belum terbentuk sempurna. Masa gestasi maupun masa pascanatal mempunyai efek pada cairan transepidermal. Cara efektif mengurangi kehilangan cairan insensibel dengan membungkus bayi, ruangan dengan kelembaban tinggi, memakai incubator dobel walled. Apabila bayi dirawat dalam inkubator dengan kelembaban maksimal maka kebutuhan cairannya sama dengan bayi cukup bulan, yaitu 60 – 80 ml/kgbb/hari, yang bertambah secara bertahap sampai 100 – 120 ml/kgbb/hari sesudah minggu pertama4. Cairan parenteral awal dapat diberikan Dekstrose 5% atau Dekstrose 10%. Sebagai acuan pemenuhan kebutuhan cairan pada BBLR dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel : Rekomendasi Kebutuhan Cairan Parenteral Awal untuk Bayi BBLR Tipe tempat tidur Berat badan 600-800 801-1000 1001-1500 1501-2000 Radiant warmer 120 90 75 65 Incubator 90 75 65 55 Lain-lain 70 55 50 45 Penatalaksanaan Nutrisi Parenteral Ada dua macam rute pemberian NPT yang sudah dikenal luas, yaitu rute perifer dan rute sentral, namun pada bayi ada satu rute lagi yang bisa diberikan, yaitu rute arteri umbilikalis. Pada pemberian melalui rute periferal, biasa digunakan vena di tungkai atau di kepala. Jalur ini dipilih bila pemberian dalam waktu singkat (< 2 minggu), status hemodinamik baik, osmolalitas cairan yang diberikan tidak tinggi, dan tidak ada pembatasan pemberian cairan. Pada bayi prematur, pemberian melalui rute perifer sulit untuk memenuhi kebutuhan kalori karena cairan dibatasi tidak melebihi 130 ml/kgbb/hari; konsentrasi dextrose kurang atau sama dengan 12,5%, sehingga kalori yang dapat diberikan adalah 80 kkal/kgbb/hari. Komposisi nutrien yang diberikan melalui jalur perifer dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel . Komposisi pemberian NPT melalaui vena perifer Komponen Jumlah per hari (per kgbb) Sumber Nitrogen: protein 2,5–3,0 g Kristalin hidrolisat Asam amino campuran Kalori sekitar 75 Glukosa 10-15g Lemak 0,5-3,0g Mineral dan elektrolit Natrium 3-4 mEq Kalium 2-4 mEq Kalsium 1-4 mEq Magnesium 0,25 mEq Fosfor 1,36 mEq Zinc 150-300 mEq Copper 20-40 ug Vitamin: Multivitamin 1-3 ml/hari Volume 150 ml Untuk mendapatkan masukan kalori yang tinggi harus digunakan cairan infus dengan konsentrasi yang tinggi, dengan risiko osmolalitas yang tinggi, lebih dari 1000 mmol Osmol/l. Ini dapat dilakukan dengan jalur vena sentral. Komposisi yang diberikan melalui vena sentral dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 5. Komposisi pemberian NPT melalui vena sentral Komponen Jumlah per hari (per kgbb) Sumber Nitrogen: protein 2,5-3,0 g Kristalin hidrosat Asam amino campuran Kalori 115-125 Glukosa 20–30 g Lemak 0,5–3,0 g Mineral dan elektrolit Natrium 3–4 mEq Kalium 2–4 mEq Kalsium 1–4 mEq Magnesium 0,25 mEq Fosfor 1,36 mmol Zinc 150–300 mEq Copper 20–40 ug Vitamin: Multivitamin 1–3 ml/hari Volume 120 ml Untuk mencapai vena sentral dapat dengan cara perkutan atau dengan cara pemotongan vena. Venajugularis dan vena subclavia adalah yang paling sering digunakan. Cara perkutan untuk vena subclavia tidak dianjurkan pada bayi karena sering terjadi komplikasi. Perawatan yang teratur dan berhati-hati sangat penting pada pemakaian kateter vena sentral agar terhindar dari komplikasi, aman, dan dapat digunakan dalam jangka panjang. Tidak dibolehkan memberikan selain cairan nutrien melalui kateter ini, seperti memberikan darah atau mengambil sampel darah. Pemakaian jalur arteri umbikal masih kontroversial, sebagian setuju dan sebagian tidak. Pada kelompok yang setuju, penggunaannya praktis karena lebih mudah melakukannya, terutama pada bayi kecil. Pada kelompok yang tidak setuju, mengemukakan alasan karena banyak terjadi trambosis aorta dan arteri iliaca serta hipertensi portal. Penggunaan heparin 1 U/ml pada cairan infus mengurangi kejadian phlebitis dan thrombosis pada vena sentral serta perifer. Komplikasi Pada pemberian NPT sering dijumpai komplikasi. Komplikasi dapat berupa infeksi mekanik dan metabolik. Komplikasi infeksi terjadi sehubungan dengan terkontaminasinya bahan infusan saat pencampuran atau akibat kurangnya tindakan aseptik pada saat pemasangan kateter intravena. Komplikasi infeksi adalah yang paling umum dan potensial serius (1-5%). Komplikasi mekanik berupa pneumotoraks, hidrotoraks, emboli, trombosit, ataupun perforasi pembuluh darah akibat teknik pemasangan yang kurang terampil. Komplikasi mekanik ini lebih sering daripada komplikasi metabolik. Komplikasi metabolik seperti hiperglikemia ataupun hipoglikemia dapat dihindari dengan pemberian glukosa dosis yang tepat. Hiperamonemia dan azotemia juga bisa ditemukan. Hiperlipidemia dan defisiensi asam lemak essensial sering dijumpai karena pemberian lemak. Komplilasi paling sering dijumpai pada BBLSR yang mendapat NPT jangka panjang adalah kholestatik jaundice dan osteopenia. Tabel dibawah ini memperlihatkan komplikasi yang mungkin terjadi pada NPT : Tabel 7. Komplikasi NPT Berhubungan dengan kateter Vena cava superior Thromboemboli paru Hipertensi paru Pneumothoraks Efusi pleure atau pericardial (ekstravasari cairan) Aritmia jantung Trombosis mural (cardial) Infus intraokardial Kulit terkelupas Perdarahan Flokulasi, prepitasi nutrien Infeksi Sepsis staphylococcus Sepsis Candida Malassezia furfur Diphteroids Sepsis gram negatif Phlebitis lokal Kontaminasi cairan Endokarditis Elektrolit/mineral Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia Hipofospatemia Defisiensi trace mineral (Zn, Cu, Mg, Fe) Komplikasi Metabolik Hipoglikemia Hiperglikemia Hiperaminocidemia Azotemia Defiseiensi asam lemak esensial Asidosis metabolik Hipertrigliseridemia Hiperphospholipedemia Komplikasi Sistemik Kolestasis (disfungsi hepar) Infiltrasi lemak (liver, monosit, paru, intrapilid) Perubahan fungsi miokard (penurunan PO4) Atropi mukosa usus Disfungsi platelet (intrapilid) Hemolisis? (intrapilid) Diuresis osmotik (glucose) Ricketsia Koma isosmolar (protein) Hipoksia (intrapilid) Toksisitas Aluminium (Markum AH, 1991) Pemberian Larutan Nutrisi Parenteral Larutan yang diberikan dengan resep dokter dapat dialirkan lewat 2 – 3 perangat infus yang dihubungkan dengan beberapa botol infus, yang berisikan anrata lain : larutan asam amino, elektrolit, dekstrosa dan larutan lipid secara sekaligus. Namun, cara pemberian yang sekaligus ini menyulitkan pengelolaan dan pemantauannya. Metode yang jauh lebih praktis adalah dengan menggunakan sebuah kantong berukuran 3 liter yang berisikan campuran semua larutan nutrisi diatas. Kantong ini setiap hari harus dibuat dalam keadaan steril. Isi kantong lalu diinfuskan melalui selang infus selama 24 jam. Selanjutnya system tersebut dipermudah dengan penggunaan sebuah pompa volumetrik untuk menginfuskan larutan dengan jumlah yang terukur dan tetap untuk tiap – tiap jam. Lihat gambar 2 Untuk pemasanga set infuse vena sentralis dilakukan dengan dibuat kanula pada vena subklavia. Satu – satunya perbedaan adalah pemasangan selang infuse yang dilewatkan dalam terowongan pada kulit untuk kemudian keluar dari dinding toraks. Dengan menggunakan metone ini, tempat keluar infuse akan terpisah dengan tempat masuknya kedalam vena sehingga mengurangi resiko infeksi, lihat gambar 1. Sterilisasi pada pemasangan set infus sentral untuk nutrisi parenteral harus terjamin dengan perawatannya yang baik dan seksama. Tempat keluarnya selang infus harus dibersihkan dan diganti kasanya setiap 2 – 5 hari, sedangkan semua selang intravena yang ada di luar tubuh pasien sebaiknya diganti setiap hari. Pemberian makanan secara intravena digunakan jika penderita tidak dapat menerima sejumlah makanan yang cukup melalui pipa nasogastrik. penderita yang mendapatkan makanan melalui intravena adalah: v Penderita yang mengalami malnutrisi yang sangat berat dan akan menjalani pembedahan, terapi penyinaran atau kemoterapi v Penderita luka akar berat v Kelumpuhan saluran pencernaan v Diare atau muntah yang menetap. Pemberian makanan melalui selang infus ini dapat memasok sebagian dari zat makanan yang dibutuhkan penderita atau seluruhnya (nutrisi parenteral total). Tersedia sejumlah cairan yang bisa diberikan dan dapat dimodifikasi untuk penderita penyakit ginjal atau hati. nutrisi parenteral total memerlukan selang intravena yang lebih besar (kateter). Karena itu digunakan pembuluh balik (vena) yang lebih besar, misalnya vena subklavia. Seseorang yang menjalani nutrisi parenteral total dipantau secara ketat terhadap perubahan berat badan, pengeluaran air kemih dan tanda-tanda infeksi. bila kadar gula darahnya menjadi terlalu tinggi, bisa ditambahkan insulin ke dalam cairan yang diberikan. Infeksi merupakan resiko karena kateter biasanya digunakan untuk waktu yang lama dan cairan yang mengalir di dalamnya memiliki kadar gula yang tinggi, dimana bakteri bisa tumbuh dengan mudah. nutrisi parenteral total bisa menyebabkan komplikasi lainnya: v Jika terlalu banyak kalori, terutama lemak, hati bisa membesar. v Lemak yang berlebihan di dalam vena bisa menyebabkan sakit punggung, demam, menggigil, mual dan berkurangnya jumlah trombosit. tetapi hal ini terjadi pada kurang dari 3% penderita. v Penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan nyeri tulang Indikasi Total Parenteral Nutrision Dalam pemberian nutrisi parenteral terdapat beberapa indikasi yang harus diperhatikan sebagai berikut : 1) Malformasi intestinal 2) Bedah saluran cerna 3) Sangkaan enterokolitis nekrotikan 4) Distress pernafasan 5) Tidak mampu melakukan fungsi digesti dan absorbsi. Kontra indikasi Total Parenteral Nutrision Dalam pemberian nutrisi parenteral terdapat kontra indikasi, yaitu Selang infus untuk nutisi parenteral hanya dapat digunakan dalam pemberian larutan nutrisi saja, lewat selang ini tidak boleh diambil darah atau pun diberikan transfusi darah. Pengukuran desakan vena sentralis juga tidak boleh dilakukan lewat selang tersebut, karena dapat meningkatkan resiko infeksi. Kesimpulan Telah dibahas kebutuhan nutrisi atau gizi bayi, anak toddler, anak prasekolah, anak sekolah dan remaja. Kebutuhan akan zat–zat makanan, jenis makanan dan masalah–masalah yang timbul akibat pemberian makanan tergantung berdasarkan pada masing–masing kelompok umur. Pada masa bayi perlu ditekankan pemberian ASI dan MP–ASI yang bergizi, karena pada masa bayi pertumbuhan anak sangat pesat dan merupakan masa transisi dari ASI ke makanan dewasa. Demikian pula dengan pada masa remaja pertumbuhan anak juga sangat pesat, tetapi pada masa ini masalahnya sudah lain karena anak sudah dapat memilih makanannya sendiri yang sering kali tidak mengandung zat–zat makanan yang seimbang. Oleh kareana itu diperlukan berbagai upaya untuk meningakatkan nutrisi atau gizi anak, agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dan menjadi generasi penerus yang sehat jasmani, mental dan social serta berguna bagi nusa dan bangsa. Saran dan Kritik Pada makalah yang telah kami susun sedemikian rupa dengan judul “Nutrisi Pada Anak” dapat bermanfaat bagi seluruh komponen masyarakat, khususnya makalah ini kami tujukan untuk perawat dalam menangani masalah kesehatan yang tertuju nutrisi pada anak. Makalah ini tidak luput akan kesalahan baik dari segi bahasa, penyusunan maupun referensi yang kami buat, untuk itu kami harap masukan saran guna dalam memperbaiki makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Hassan, Rusepno. 1985. Ilmu Kesehatan Anak (Jilid 1). Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak (FKUI). Hendrotomo dan Muhardi. 2006. Pemeberian Nutrisi Parenteral pada Penderita Gangguan Pencernaan (http//.www. google. Com). Jakarta : FK-UI Mary E. Beck.. 2000. Ilmu Gizi dan Diet (Nutrition and Dietetics for nurses). Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica Markum AH, Monintja HE, Boetjang RF. Prematuritas dan retardasi pertumbuhan (Dalam: penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1). Jakarta :BIKA FKUI Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja (Edisi Pertama). Jakarta: Sagung Seto Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak (Editor : Monica Ester ). Jakarta : EGC Thompson’s. 2001. Pediatric Nursing (Edisi 8). Printed in the United States of America : W. B. Saunders Company

Nutrisi pada Anak

0 komentar
Nutrisi pada Anak Didalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang telah dikemukakan adalah nutrisi yang didapat oleh anak. Orang tua diharapkan mempunyai pemahaman yang tepat tentang nutrisi yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang, serta zat gizi yang dibutuhkan anak pada usia tertentu, sehingga dapat diberikan dengan cepat walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan dan status social ekonomi keluarga sangat mempengaruhi ketersediaan nutrisi untuk anak. Untuk itu perawat mempunyai kewajiban untuk membantu orang tua mendapatkan pemahaman dan keterampilan yang tepat dalam memberikan nutrisi pada anak sesuai dengan tahapan usianya. Semua makanan, khususnya untuk bayi dan anak kecil harus memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Ini dapat dicapai dengan menggunakan beragam bahan makanan. Perlu diperhatikan banhayak bahan makanan yang mempunyai volume terlalu besar untuk memenuhi energi dan zat gizi yang dibutuhkan, sehingga susunan bahan – bahan makanan tersebut harus seimbang. Pada petugas kesehatan sebaiknya menganjurkan dan meningkatkan motivasi untuk tetap melestarikan pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayinya. Anjurkan bagi pemberian makanan bayi dan motivasi pada keluarga sebaiknya diteruskan sampai si ibu memutuskan menerima atau menolak untuk memberikan ASI. Si ibu perlu mengetahui bagaimana memberikan makanan tambahan yang dapat disediakan di rumah untuk bayinya, paling tidak setelah umur 6 bulan. Bagi golongan miskin jelas tidak bijaksana menganjurkan suplementasi makanan bayi dengan susu formula komersial. Oleh sebab itu dicarikan alternatif pembuatan makanan bayi yang memenuhi persyaratan gizi, akan tetapi mudah disiapkan di rumah tangga dengan cara yang sederhana dan higienis. Sehubungan dengan bervariasinya pangan yang tersedia serta kebiasaan makanan yang berbeda – beda, anjuran – anjuran sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. A. DEFINISI Nutrisi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan – bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan – bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas dalam tubuhnya sendiri. Bahan – bahan tersebut dikenal dengan istilah nutrient (unsur gizi, yaitu : air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) (Mary E. Back, 2000). Nutrien adalah zat penyusun bahan makanan yang banyak diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme, yaitu : air (H2O), protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (FKUI (Edisi 1), 1985). Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda – beda dan anak mempunyai karakteristik yang khas dalam mengkonsumsi makanan atau zat gizi tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan makanan yang tepat pad anak, tentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, kemudian tentukan jenis bahan makanan yang dapat dipilih untuk diolah sesuai dengan menu yang diinginkan, tentukan juga jadwal pemberian makanan dan perhatikan porsi yang dihabiskannya (Yupi Supartini, 2004). B. TUJUAN NUTRISI Dalam melaksanakan pemberian makanan yang sebaik – baiknya kepada bayi dan anak, bertujuan sebagai berikut : 1. Memberikan nutrient yang cukup untuk kebutuhan dalam : Memelihara kesehatan dan memulihkannya bila sakit. Melaksanakan berbagai jenis aktivitas. Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotor. 1. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan (FKUI (Edisi 1), 1985). 2. C. DAMPAK NUTRISI PADA TUMBUH – KEMBANG ANAK Pemberian nutrisi pada anak tidak hanya semata – mata untuk memenuhi kebutuhan fisik atau fisiologia anak, tetapi juga berdampak pada aspek psikodinamika, perkembangan psikososial, dan maturasi organik. Berikut ini akan diuraikan dampak nutrisi pada aspek–aspek tersebut. 1. Dampak psikologis 1. Psikodinamika (Freud) Pada anak usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar melalui oral. Fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan minum. Kebutuhan makn dan minum anak dipenuhi lingkungan, khususnya ibu, baik berupa air susu ibu (ASI) pada saat menyusui maupun makanan lumat. Dampak psikodinamika yang diperoleh bayi adalah kepuasaan karena terpenuhinya kebutuhan dasar dan kehangatan saat pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. 1. Psikososial (Erikson) Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pendekatan psikososial adalah tercapainya rasa percaya dan tidak percaya sebagai kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Makanan dapat merupakan stimulus yang dapat meringankan rasa lapar anak, dan memuaskan yang konsisten terhadap rasa lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak pada lingkungannnya, terutama pada keluarga. 1. Maturasi organic (Piaget) Perkembangan organik yang dialami anak melalui makanan adalah pengalaman mendapatkan beberapa sensoris, seperti rasa atau pengecapan, penciuman, pergerakan, dan perabaan. Dengan demikian dikenalkan berbagai macam makanan, anak akan kaya dengan berbagai macam rasa, demikian juga dengan bertambah kayanya penciuman melalui bahan makanan. Selain itu, dengan makanan anak akan dapat meningkatkan keterampilan, seperti memegang botol susu, memegang cangkir, sendok, dan keterampilan koordinasi gerakan seperti menyuap dan menyendok makanan. 1. Dampak fisiologis Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah terhadap pertumbuhan fisik anak. Selama intrauterine (di dalam uterus), asupan nutrisi yang adekuat pada ibu berdampak tidak hanya pada kesehatan ibu, tetapi lebih pada pertumbuhan janin. Dengan asupan nutrisi yang adekuat, dari hari ke hari kehamilan ibu bertambah besar dan sejalan dengan itu janin tumbuh dan berkembangsampai pada usia kehamilan yang matang, maka janin siap dilahirkan dengan berat badan, panjang badan dan pertumbuhan organ fisik lainnya yang normal. Terutama pada trimester ke pertama pada saat terjadi pertumbuhan otak, asupan nutrisi yang adekuat terutama protein akan mempengaruhi petumbuhan otak. Sebaliknya, apabila ibu tidak mendapt asupan gizi yang adekuat, bayi dapat lahir dengan berat badan rendah. Diet atau pembatasan makanan pada ibu selama masa kehamilan akan menurunkan berat badan bayi. Begitu juga setelah anak dilahirkan, asupan nutrisi yang tepat untuk bayi, toddler, prasekolah, usia sekolah, dan remaja akan sangat mempengaruhipada pertumbuhan fisik mereka, yaitu anak akan bertambat berat dan bertambah tinggi atau meningkat secara kuantitas. (Yupi Supartini, 2000) 1. D. JENIS – JENIS KEBUTUHAN NUTRIEN YANG DIPERLUKAN BAYI DAN ANAK 1. 1. Air (H2O) Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien lainnya. Berikut ini adalah tabel kebutuhan anak usia bayi untuk pemenuhan kebutuhan terhadap air : No. Usia Air per kg BB per hari (ml) 1 3 hari 80 – 100 2 10 hari 125 – 150 3 3 bulan 140 – 160 4 6 bulan 130 – 155 5 9 bulan 125 – 145 6 1 tahun 120 – 135 (Yupi Supartini, 2004) Sekitan 65% dari bobot tubuh adalah air. Air ini merupakan unsur paling penting diantara semua nutrient dan terdapat baik dalam makanan padat maupun dalam minuman. Sejumlah kecil air dihasilkan oleh metabolisme. Air merupakan media tempat semua proses metabolisme berlangsung. Kehilangan air terjadi melalui udara pernafasan disamping itu lewat keringat, urine dan feses. Manusia dapat hidup berminggu – minggu tanpa makanan, namun tanpa air hidupnya hanya beberapa hari saja (Mery E. Beck, 2000). 1. 2. Protein Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Tedapat dua jenis protein, yaitu : 1) Protein hewani : yang didapat dari daging hewan. 2) Protein nabati : yang didapat dari tumbuh – tumbuhan. Nilai gizi protein hewani lebih besar dari pada protein nabati dan lebih mudah diserap oleh tubuh. Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein hewani dan protein nabati sangat dianjurkan dalam pemenuhan protein yang seimbang (Yupi Supartini, 2004). Fungsi protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan tubuh, yaitu : 1. Protein menggantikan protei yang hilang selama proses metabolisme yang normal dan proses pengauasan yang normal. Protei akan hilang dalam pembentukan rambut serta kuku, dan sebagai sel – sel mati yanfg lepas dari permukaan kulit serta traktus alimentarius, dan dan dalam sekresi pencernaan. 2. Protein menghasilkan jaringan yang baru. Jaringan baru terbentuk selama masa pertumbuhan, kesembuhan dari cidera, kehamilan dan laktasi. 3. Protein diperlukan dalam pembuatan protein – protein yang barudengan fungsi khusus didalam tubuh, yaitu : sebagai enzim, hormone dan hemoglobin. 4. Protein dapat dipakai sebagai sumber energi. (Mary E. Beck, 2000) 1. 3. Lemak Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi sampai kurang lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorsi vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Yupi Supartini, 2004). Fungsi dari lemak, sebagai berikut (Mery E. Beck, 2000): 1) Sumber energi, lemak dioksidasi di dalam tubuh untuk memberikan energi bagi aktivitas jaringan dan guna mempertahankan suhu tubuh. 2) Ikut serta membangun jaringan tubuh., sebagian lemak masuk ke dalam sel – sel tubuh dan merupakan bagian esensial dari strutur sel tersebut. 3) Perlindungan. Endapan jaringan lemak di sekitar organ tubub yang penting akan mempertahankan organ tubuh dalam posisiny dan melindunginya terhadap rudapaksa. 4) Penyekat (isolasi). Jaringan lemak subkutan akan mencegah kehilangan panas dari tubuh. 5) Perasaan kenyang. Adanya leamak di dalam chime ketika lewat dalam duodenum mengakibatkan penghambatan peristaltis lambung dan sekresi asam, sehingga menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar. 6) Vitamin larut – lemak. Membantu proses penyerapan dari dalam usus dan melarutkan vitamin – vitamin yang larut dalam lemak. 1. 4. Karbohidrat Karbohidrat adalah sumber tenaga pada anak. Bayi yang baru mendapat asupan makanan dari ASI akan mendapatkan 40% kalori dari laktosa yang dikandung dalam ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah mendapatkan makanan yang banyak mengandung tepung, seperti bubur susu, sereal, nasi tim, atau nasi. Apabila tidak mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh akan memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh (Yupi Supartini,2004). Dibawah ini kebutuhan kalori untuk bayi dan anak (marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988) : No. Usia Berat badan (kg) Permukaan tubuh (m2) Cal/kg (kg) 1 Neonatus 2,5 – 4 0,2 – 0,23 50 2 1mgg – 6bln 3 – 8 0,23 – 0,35 60 – 70 3 6 bln – 12 bln 8 – 12 0,35 – 0,45 50 – 60 4 12 bln – 24 bln 10 – 15 0,45 – 0,55 45- 50 5 2 thn – 5 thn 15 – 20 0,6 – 0,7 45 6 6 thn – 10 thn 20 – 35 0,7 – 1,1 40 – 45 7 11 thn – 15 thn 30 – 60 1,5 – 1,7 25 – 40 8 Dewasa 70 1,75 15 – 20 Fungsi karbohidrat dioksidasi di dalam tubuh agar menghasilkan panas dan energi bagi segala bentuk aktivitas tubuh. 1. 5. Vitamin Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi tubuh (Marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988). Vitamin terbagi dalam dua bagian besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak : 1) Vitamin yang larut dalam air Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C yang tidak disimpan dalam tubuh, melainkan harus dikonsumsi melalui makanan tertentu., vitamin B mencakup vitamin B1, B2 dan B12. Berikut ini adalah fungsi – fungsi dari vitamin tersebut : B1 :atau tiamin diperlukan tubuh untuk metabolisme karbohidrat dalam pembentukan energi (sebagai koenzim). Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan tubuh cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan pembuluh darah dan sel saraf. B2 : atau riboflavin penting dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, dan asam lemak yaitu sebagai koenzim dari flavin enzim. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan tubuh merasa lelah sehingga kurang aktif dalam bekerjaserta dapat mengurangi ketajaman penglihatan. B12 : kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia 2) Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Berikut ini peranan penting vitamin A,D, E, dan K dalam tubuh : A : untuk pertumbuhan, penglihatan, reproduksi, dan pemilihan sel epitel D : untuk penyerapan dan metabolisme kalsium dan fosfor, pembentukan tulang dan gigi. E : untuk berbagai senyawa yang larut dalam lemak dan berperan dalam fetilisasi manusia. K : untuk proses pembentukan darah dan mineral yang dibutuhkan tubuh adalah mineral makro, yaitu Ca, P, Mg, Na, dam K serta mineral mikro yaitu Fe dan Zn. (Yupi Supartini, 2004) 1. 6. Mineral Unsur – unsur mineral terdapat di dalam jaringan tulang, gigi dan protein. Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Unsur – unsur mineral di dalam tubuh kurang lebih 3% dari keseluruhan bibot tubuh. Sejumlah mineral yang terlibat dalam pelbagai proses tubuh : kalsium, fosfor, kalium/ potassium, sulfur/ belerang, natrium/ sodium, klor, besi fluor, tembaga, seng, yodium, kobalt, mangan, magnesium, kromium dan selenium. Fungsi mineral dalam tubuh ada 3, yaitu : 1) Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan kekuatan serta rigiditas kepada jaringan tersebut, misalnya : kalsioum, fosfor dan magnesium. 2) Mineral membentuk garam – garam yang dapat larut dan dengan demikian mengendalikan komposisi cairan tubuh. 3) Mineral turut membangun enzim dan protein. (Mery E. Beck, 2000) 1. E. NUTRISI SESUAI TUMBUH KEMBANG ANAK 1. 1. Kebutuhan nutrisi pada bayi Bayi (0 sampai 24 bulan) memerlukan jenis makanan air susu ibu (ASI), susu formula, dan makanan padat. Kebutuhan kalori bayi antara 100–200 kkal/kgBB. Pada 4 bulan pertama, bayi lebih baik hanya mendapatkan ASI saja (ASI eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia lebuh dari 4 bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI atau susu formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bias mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasi postnatal, wanita hamil, menderita penyaki menular dan sedang dalam terapi steroid atau morfin. (Yupi Supartini, 2004) Berikut ini adalah pemberian nutrisi sesuai umur pada bayi dari lahir sampai12 bulan ( Menurut : FKUI, 1985 ): 1. Bayi baru lahir sampai umur 4 bulan Bayi mulai disusukan sedini mungkin, langsung setelah lahir. Waktu dan lama menyusui disesuaikan dengan kebutuhan bayi (on demand). Hindarkanlah pemberian makanan tambahan seperti madu, air, larutan glukosa dan makanan prelakteal lainnya. Jika setelah disusukan kemidian ternyata bayi menjadi kebiruan dan sesak nafas, perlu difikirkan terhadap kemungkinan adanya kelainan seperti obstruksi atau fistula esophagus. Selanjutnya bayi dapat diberikan buah–buahan (pisang) atau biscuit sejak usia 2 bulan sedangkan pemberian makanan lumat sampai lembik (bubur susu) pada usia 3 – 4 bulan, sesuai keperluan bayi masing – masing. Bayi akan lapar dan menangis terus bila ASI kurang dan hal ini juga akan terlihat dari pertumbuhan bayi yang tidak memuaskan. Untuk mengatasi pertumbuhan, bayi perlu ditimbang secara berkala, yaitu bila mungkin dilakukan stiap hari pada munggu pertama, selanjutnya setiap minggu sampai akhir bulan pertama, kemudian setiap 2 minggu dalam bulan kedua dan ketiga dan seterusnya setiap bulan. Pada bulan keempat biasanya dimulai pemberian makanan padat, yaitu makanan lumat, misalnya bubur susu yang dapat dibuat dari tepung (beras, jagung atau havermouth), susu dan gula. Waktu yang untuk memberikan makanan lumat dapat dipilih yang sesuai, misalnya sekitar jam 09.00 dengan memperhatikan bahwa kira – kira 2 jam sebelumnya tidak diberikan apa – apa. Dengan demikian bayi menyusui dengan kebutuhannya, diberi bubur susu satu kali dan buah – buahan satu kali. Pada umur ini dapat pula diberikan telur ayam, akan tetapi perlu waspada terhadap kemungkinan alergi dengan gejala urtikaria. Bila terjadi hal ini, pemberian telur ditangguhkan. Biasanya setiap bayi sudah tahan terhadap telur pada usia 7 bulan keatas. 1. Bayi umur 5 – 6 bulan Dapat diberikan 2 kali makanan bubur susu sehari, buah – buahan dan telur. 1. Bayi umur 6 – 7 bulan Bayi dapat mulai diberikan nasi tim yang merupakan makanan lunak dan juga merupakan makanan campuran yang lengkap karena dapat dibuat dari beras, bahan makanan sumber protein hewani (hati, daging cincang, telur atau tepung ikan) dan bahan makanan sumber protein nabati yaitu tahu, tempe, sayuran hijau (bayam), buah tomat dan wortel. Dengan demikian nasi tim merupakan makanan yang mengandung nutrien yang lengkap bila dibuat dengan bahan – bahan tersebut. Selama masa bayi makan nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan menelannya dan tidak banyak mengandung serat – serat yang dapat mempersulit pencernaan. 1. Bayi umur 8 – 12 bulan Bubur susu sudah dapat diganti seluruhnya dengan nasi tim, yaitu, pada pagi hari sebagai makan pagi, misalnya jam 09.00, pada siang hari sebagai makan siang sekitar jam 13.00 dan pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 – 18.00. Bila bayi disusukan sesuai dengan anjuran yaitu melebihi masa 1 tahun, perlu diperhatikan kemingkinan timbulnya anoreksia terhadap makanan lin, sehingga anak akan kekurangan protein dan kalori, dan pada akhirnya menderita penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP). Pengaturan makan bayi yang berhasil pada masa bayi akan mempermudah kelancaran pengaturan makan pada usia selanjutnya. Pada akhir masa bayi telah dibiasakan bayi menerima makanan 3 kali sehari,m yaitu pada waktu pagi (makan pagi), siang (makan siang), dan sore atau malam (makan malam). Selama masa bayi telur cukup diberikan sekali sehari, bila bayi tidak alergi. Telur dapat dimakan tersendiri setelah dimasak matang atau setengah matang atau dimakan bersama – sama dengan nasi tim. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada masa bayi meliputi Air Susu Ibu (ASI), susu formula, dan MP – ASI : 1) Air susu ibu (ASI) Dalam ASI terkandung antibody, pemberiannya mudah, murah dan praktis. Dengan pemberian ASI maka kebutuhan psikologis anak sekaligus terpenuhi karena saat memberikan ASI ibu dapat memelu dan mendekap anak sehingga anak merasa dan nyaman dalam pelukan ibunya. Manfaat ASI untuk bayi adalah melindungi dari penyakit infeksi, diare, dan alergi, mempererat hubungan dengan ibu, dan meningkatkan daya tahan ibu, sedangkan manfaat untuk ibu adalah memberikan kepuasan, lebih praktis, murah dan dapat menunda masa subur. Walaupun demikian, ada beberapa kendala dalam pemberian ASI, yaitu putting susu masuk ke dalam dan perasaan nyeri yang hebat karena putting susu terluka. Kandungan zat gizi ASI (setiap 100 gram) : Kalori : 68 kalori Protein : 1,4 gram Lemak : 3,7 gram Karbohidrat : 7,2 gram Zat kapur : 30 gram Fosfor : 20 gram Vitamin A : 60 gram Tiamin : 30 gram Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI : Immunoglobulin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Losozim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Laktoperiksidase yang dapat membunuh Streptococcus. Laktoferin yang dapat membunuh beberapa jenis organisme. Sel darah putih yang dapat berfungsi sebagai fagositosis. Zat anti staphylococcus yang dapat manghambat pertumbuhan staphylococcus. Cara menilai kecukupan ASI dalam tubuh adalah dengan menilai komponen sebagai berikut : a) Berat badan lahir telah tercapai kembali sekurang – kurangnya pada akhir minggu kedua setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%. b) Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan dan menunjukkan kenaikan sebagai berikut : • Triwulan I : 150 – 250 gr/bulan • Triwulan II : 500 – 600 gr/bulan • Triwulan III : 350 – 450 gr/bulan • Triwulan IV : 250 – 350 gr/bulan • Atau usia 4 – 5 bulan : dua kali berat badan lahir dan pada usia 1 tahun tiga kali berat badan lahir. c) Penilaian subjektif, yaitu bayi tampak puas dan tidur nyenyak setelah disusui dan ibu merasakan tegangan payudara sebelum dan sesudah menyusui serta merasakan aliran ASI cukup deras. (Yupi Supartini, 2004) 2) Susu formula Walaupun ASI adalah makanan utama pada bayi teritama usia 0 – 6 bulan, susu formula dapat dianjurkan untuk diberikan pada bayi di atas 6 bulan. Ada 4 klasifikasi susu formula, yaitu : a) Starting formula. Formula ini diberikan pada 6 bulan pertama usia bayi sampai dengan usia 1 tahun tahun sebagai pelengkap jenis makanan lain. b) Formula adaptasi. Formula ini diberikan dengan kompssosisi mendekati ASI sebagai adaptasi. c) Formula lanjutan. Formula ini diberikan setelah bayi berusia di atas 6 bulan sebagai makanan tambahan. d) Medical formula (formula khusus). Formula ini khusus diberikan untuk bayi dengan kondisi khusus, seperti bayi premature, bayi dengan kelainan metabolik kongenital atau bayi dengan intoleransi terhadap formula biasa. (YupiSupartini, 2004) 3) Makanan Pendamping – ASI Saat mulai diberikan MP – ASI tersebut harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya. Sebaiknya MP – ASI mulai diberikan pada umur 4 – 6 bulan. Pada bulan pertama sebaiknya bayi hanya mendapat ASI (Exclusive Breast Feeding = ASI ekslusif). Hal ini erat dengan 4 – 6 bulan, abyi sudah mampu malakukan koordinasi mengisap, menelan, dan siap mengisap makanan yang cair saja. Disamping itu ASI masih mencukupi kebutuhan bayi asampai 4 – 6 bulan pertasma kehidupan. Alasan pemberian MP – ASI dimulai sejak pada umur 4 – 6 bulan (menurut : Soetjiningsih, 2002), adalah : 1. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas dan aktivitas makin beratambah, sedangkan produiksi ASI relative tetap. Sehingga diperlukan tambahan makanan selain ASI yang dumulai pada umur 4 – 6 bulan untuk membiasakan bayi makan makanan lain selain ASI. 2. Pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak pula. Sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI. 3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan menelannya. Pada saat bayi diberi kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lumat. Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 – 9 bulan mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan kebawah, sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Dengan kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari tangannya kemudian umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir/ gelasyang dipegang oleh orang lain. 4) Pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat Berikut ini adalah beberapa pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat : 1. Untuk bayi, makanan utama adalah ASI ditambah makanan pelengkap. Pada usia 0 – 4 bulan, ASI harus langsung diberikan sesaat setelah melahirkan hindari pemberian makanan tambahan seperti madu, glukosa dan makanan pralakteal lainnya. Pada usia di atas 4 bulan boleh diberikan makanan luamat berupa bubur susu 1 kali dan buah 1 kali. Untuk bayi usia 5 – 6 bulan diberikan 2 kali bubur susu, buah – buahan dan telur. Untuk bayi usia 6 – 7 bulan dapat dimulai dengan pemberian nasi tim dengan campuran antara beras, sayuran dan daging atau ikan. Bayi umur 8 – 12 bulan diberikan nasi tim dengan frekuensi 3 kali sehari, dan bubur susu tidak diberikan lagi. 1. Makanan padat. Makanan padat mulai diberikan pada usia di atas 4 bulan, saat bayi mulai belajar duduk, kuat menahan leher dan kepalanya, serta dapat menyatakan keinginannya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan padat : Bayi telah siap menerima makanan dalam bentuk padat Berikan makanan padat sesuai dengan kemampuan anak mengunyah. Observasi tanda alergi makanan (misalnya : kulit merahflatus terus, perubahan konsistensi feses). Kenalkan jenis makanan untuk satu waktu. Bila bayi berasal dari keluarga vegetarian atau hanya memakan sayuran saja, maka tambahkan zat besi (Fe). Apabila jumlah makanan yang dikonsumsi lebih banyak, asupan susu harus dikurangi. Biarka bayi mencoba mengenal cara makan (misalnya memainkan sendoknya) Jangan terburu – buru dalam memberikan makanan, terutama makanan padat. Berikan makanan secara bertahap (misalnya 1 atau 2 sendok di hari pertama kemudian meningkat menjadi 3 – 4 sendok pada hari berikutnya dan seterusnya). Berikan makanan pada saat anak lapar. 1. 2. Kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler Anak usia toddler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu bergerak terus, tidak bisa diam dan sulit untuk diajak duduk dalam waktu yang relatif lama. Selain itu, pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan sedikit lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori. Kebutuhan kalori kurang lebih 100 kkal per kg berat badan (BB). Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler : a) Anak sukar atau kurang mau makan. b) Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya cukup banyak dan pada hari berikutnya makannya sedikit. c) Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu. d) Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu lama. Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut : 1) Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan, misalnya memberi makan sambil mengajaknya bermain. 2) Beri kesempatan anak untuk belajar makan mandiri. Jangan berharap anak dapat makan dengan rapi sebagaimana anak yang lebih besar karena usia toddler belum mampu melakukannya. 3) Jangan menuruti kecenderungan anak untuk hanya menyukai satu jenis makanan tertentu. Kenalkan selalu dengan jenis makanan baru. 4) Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak terlalu lancer. 5) Kurangi frekuensi minum susu. Dianjurkan untuk memberikan 2 kali sehari saja. 1. 3. Kebutuhan nutrisi pada anak usia pra sekolah Anak usia Pra Sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kgBB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak Prasekolah adalah sebagai berikut : 1) Nafsu makan berkurang. 2) Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya dari pada makan. 3) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru. 4) Waktu makan merupsksn kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga. Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut : a) Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas bermain yang lain. b) Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan dengan frekuensi lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberikan makanan padat, seperti nasi 3 kali sehari, berikan makanan ringan di antara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1 – 2 kali sehari. c) Izinkan anak untuk membentu orang tua menyiapkan makanan dan jangan terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi. d) Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang. e) Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta peraasaannya saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan Anda atau anggota keluarga lainnya. 1. 4. Kebutuhan nutrisi pada anak usia sekolah Anak usia sekolah mempunyai lingkungan social yang lebih luas selain keluarganya, yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi social, nilai moral dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan bermain dengan teman sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan dari pada bermain di lingkungan rumah. Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal/kgBB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut : 1) Anak dapat mengatur pola makannya sendiri. 2) Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di lingkungan luar rumah serta adanya reklame atau iklan makanan tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya. 3) Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur – angsur hilang. 4) Pengaruh aktivitas beramain dapat menyeababkan keinginan yang lebih besar pada aktivitas bermain dari pada makan. Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut : a) Motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang baik. b) Motivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang baru. c) Jelasakan pada anak bahwa waktu makan bersama keluarga adalah lebih baik dari pada bermain karena saat itu dapat menjadi kesempatan bagi anak untuk berkonsultasi dengan orang tua dan bagi orang tua untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh anak di sekolah dan di lingkungannya. d) Fasilitasi orang tua untuk tidak membiasakan anak mendapat jajanan di sekolah ataupun di lingkungan luar rumah karena belum tentu sehat dan hal itu bukan pola kebiasaan yang baik bagi anak. Anjurkan untuk selalu menyediakan makanan kecil untuk dibawa ke sekolah maupun disediakan di rumah. 1. 5. Kebutuhan nutrisi pada anak usia remaja Usia remaja adalah fase anak tumbuh dan berkembang sangat cepat. Anak perempuan usia 11 tahun sudah memasuki prapubertas dan anak laki – laki pada usia 12 tahun. Untuk memenuh kebutuhan perkembangan yang sangat cepat tersebut, anak membutuhkan nutrisi esensial, yaitu lebih banyak protein, karbohidrat, vitamin, danm mineral. Apabila pemenuhan kebutuhan nutrisi anak kurang, hal itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan seks anak. Kebutuhan kalori anak dipengaruhi oleh waktu pencapaian anak untuk masuk fase prapubertas. Jadi, anak perempuan lebih dini memerlukan peningkatan kalori dibandingkan dengan anak laki – laki, sedangkan untuk aktivitas fisik, anak laki – laki memerlukan 60 kkal per kg BB dan anak perempuan 50 kkal per kg BB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia remaja adalah sebagai berikut : 1) Besarnya pengaruh kelompok atau geng akan mempengaruhi pola kebiasaan makan anak. 2) Anak sering kali tidak sempat makan di rumah karena banyak aktivitas di luar rumah baik di sekolah, kelompok, klub olahraga, maupun kegiatan kelompok lainnya. 3) Kareana perubahan aktivitas yang lebih banyak memakan waktu di luar ruamah, biasanya anak lebih menyukai makanan ringan. 4) Anak memasuki fase pubertas sehingga mereka mulai memperhatian bentuk badannya. Pada beberapa anak perempuan, hal ini akan mempengaruhi pola makannya yang diatur dan dibatasi karena takut kegemukan. Sebaliknya, stress yang dialami dapat juga menyebabkan anak mencari pelarian pada makanan, sehingga mengkonsumsi makanan secara berlebihan apabila anak tidak mempunyai kemampuan koping yang positif. Anjuran untuk remaja dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut adalah : a) Motivasi anak remaja untuk tetap mempunyai pola makan yang teratur. b) Fasilitasi orang tua untuk cermat mengamati pemenuhan kebutuhan nutrisi anak remaja terutama apabila anak terlalu banyak beraktivitas di luar rumah untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler atau aktivitas sosial. c) Apabila anak menyukai makanan ringan, anjurkan orang tua untuk dapat memilihkan jenis makanan ringan yang bergizi. d) Kalau diperlukan, anjurkan orang tua berkonsultasi kepada ahli yang berkaitan dengan masalah nutrisi anak remaja. (Yupi Supartini, 2004) 1. F. NUTRISI PADA WAKTU ANAK SAKIT Para perawat harus memperhatikan berapa banyak makanan yang dimakan oleh anak. Anak yang tidak menghiraukan jumlah makannya, suka memilih-milih makanan atau tidak dapat makan dengan jumlah memadai sering tidak diketahui oleh perawat. Pasien-pasien ini harus segera di kenali harus diawasi setiap makanan yang masuk dan diberikan diet yang sesuai dengan suplementasi nutrient yang diperlukan. Perawat harus memberikan perhatian pada penyajian suatu hidangan maupun pada kandungan nutrient dalam hidangan tersebut. Anak yang selera makannya jelek cenderung memakan hidangan yang tampak menarik dan menggoda selera. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu : 1. Makanan dihidangkan pada saat-saat yang tepat 2. Menu rumah sakit harus memberikan hidangan yang gizinya memadai dan memenuhi selera anak 3. Peralatan makan harus menarik perhatian anak 4. Penyajian harus menarik 5. Pasien yang selera makannya kurang diberikan hidangan dengan porsi kecil-kecil. 6. Pertimbangkan kesenangan dan ketidaksukaan pasien terhadap jenis-jenis makanan tertentu 7. Makanan harus dapat dimakan dengan mudah jangan yang keras/alot. 1. 1. Gambaran Umum Tingkat morbiditas anak 0 – 24 bulan sangat tinggi di kedua lokasi studi. Pada setiap saat sepertiga sampai separuh dari anak umur 0 – 24 bulan menderita diare, ISNA atau penyakit lainnya. Meskipun semua kelompok umur anak 0 – 24 bulan menderita berbagai penyakit tersebut, tetapi angka morbiditas tertinggi ditemui pada kelompok usia 9 – 24 bulan. Di lokasi studi, anak – anak dari kelompok gizi kurang menderita sakit lebih sering dari pada anak – anak kelompok gizi baik. Keadaan gizi anak mulai menurun pada saat anak menderita sakit berulang hal ini karena tidak tepatnya pemberian makanan pada waktu dan setelah anak sembuh dari sakit. 1. 2. Pemberian ASI (Air susu ibu) Pemberian ASI ditemukan pada waktu menderita diare dan penyakit lainnya. Hal ini disebabkan karena ASI dianggap dapat membantu penyembuhan penyakit anak. Di Jawa Timur, ibu menyusui minum jamu bila anak sakit, karena ibu beranggapan bahwa jamu tersebut selain dapat memperlancar ASI juga mempengaruhi terhadap kesembuhan anak. 1. 3. Pemberian MP (Makanan pendamping) – ASI Bila anak yang menderita sakit keras masih menyusu, ibu–ibu hampir selalu tidak memberikan MP–ASI kepada anak tersebut karena : • Ibu beranggapan anak tidak mau makan. • Ibu percaya MP–ASI, khususnya makanan yang digoreng dan makanan yang pedas dapat memperburuk kondisi anak. Anak yang lebih tua (dalam usia menjelang 2 tahun) kadang–kadang diberikan makanan yang sangat lunak waktu anak tersebut menderita diare, tetapi porsinya sedikit sekali dan bila anak tersebut sudah memperlihatkan tanda – tanda kesembuhan. “Ibu – ibu menyadari bahwa perlu upaya untuk nenperbaiki makanan selama dan setelah anak sembuh dari sakit. Untuk menghindari kondisi anak menjadi semakin lemah dan anak menjadi kuat kembali”. Seringnya penyakit yang menyerang anak pada umur 0 – 24 bulan, merupakan suatu factor penyebab yang penting terjadinya keadaan gizi yang kurang. Cara yang terbaik adalah ibu perlu melanjutkan pemberian ASI, memberikan makanan minimal makanan yang berlemak dan kalori tinggi, selain itu menambah jumlah makanan ssesudah anah sembuh. Pemberian ASI, MP – ASI perlu diteruskan dengan catatan bentuknya lebih lunak dan diberikan sering, Hambatan untuk hal tersebut tidak begitu berat kecuali hanya dari ibu yang tidak berusaha agar anak mau makan selama anak sakit anjurkan dilakukan dengan memperhatikan perlunya mencegah menjadi lemah dan diusahakan agar anak menjadi lebih kuat. (Suhardjo,1992). 1. G. TOTAL PARENTERAL NUTRITION ( TPN ) Nutrisi parenteral diberikan hanya kalau pasien tidak dapat menerima makanannya lewat jalur enteral (pemberian nutrisi ke dalam saluran pencernaan lewat selang lambung, jejunostomi atau gastrostomi). TPN diberikan pada kondisi bayi yang lahir dengan berat badan rendah, atau kondisi lain seperti yang mengalami chronic intestinal obstruction, diare, irradiation, penyakit terminal (Thompson’s, 2001). 1. Nutrisi Parenteral Jangka Pendek & Jangka Panjang : Nutrisi parenteral sebaiknya dimulai seawal mungkin: Bila saluran cerna harus diistirahatkan untuk waktu singkat, maka dapat diberikan nutrisi parenteral jangka. pendek. Tapi bila diperlukan, dapat diberikan nutrisi parenteral jangka panjang yang penting jangan biarkan tubuh dalam keadaan “puasa” terlalu lama. Pada keadaan puasa, baik sengaja atau tidak, akan terjadi mekanisme pengaturan tubuh untuk mempertahankan fungsi-fungsi vital selama mungkin. Penyesuaian ini menjamin penyediaan dari bahan nutrisi yang penting, walaupun dalam jumlah terbatas 2. Tujuan utama pemberian nutrisi secara parenteral ialah : • Mempertahankan sirkulasi • Mencukupi dan mempertahankan keseimbangan air, asam amino, dextrose, vitamin, mineral dan elektrolit • Mencegah dan mengganti kehilangan jaringan tubuh (katabolisme) dan • Mengurangi morbiditas dan mortalitas 3. Cara pemberian nutrisi parenteral : 1. Pada bayi - Dapat diberikan melalui vena – vena perifer pada kepala atau pada ekstremitas. - Bila terpaksa, pada anak yang agak besar dapat juga diberikan melalui vena subklavia. 1. Pada orang dewasa - Dapat diberikan melalui vena perifer, lemak glukosa dan asam amino dapat diberikan secara terpisah maupun digabungkan. Infuse sebaiknya tidak lebih lama dari 8 – 12 jam/hari, untuk mencegah terjadinya infeksi mekanis dan thromboflebitis. - Dapat juga diberikan melalui vena sentral, biasanya dipakai vena subklavia. Bila tidak ada komplikasi maka infuse dapat dipakai terus selama 4 minggu. Pasien yang sedang diberikan TPN harus sering dievaluasi karena bisa terlepas. Komplikasi dari terapi ini sangat serius, sehingga setiap 24 jam bagian bag, IV tubing, filter (jika digunakan) harus diganti untuk mencegah infeksi. Kontaminasi dari selang dapat mengakibatkan trombosis, extravasation, metabolic complications (ex : Hyperglikemia, osmotic diuresis), azotemia (Thompson’s, 2001). 1. 4. Nutrisi Parenteral Total (TPN) pada Bayi Prematur Bayi prematur masih merupakan masalah yang penting dalam bidang perinatologi, karena berkaitan dengan kejadian mortalitas dan morbiditas masa neonatus. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu. Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dan Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR). BBLR dibedakan atas berat lahir sangat rendah (BLSR), yaitu bila < 1500 gram, dan berat lahir amat sangat rendah (BLASR), yaitu bila < 1000 gram. Tujuan pemberian NPT adalah memberikan nutrien yang cukup untuk menyokong pertumbuhan ekstrauterin tanpa menyebabkan efek yang merugikan terhadap pertumbuhan dan fungsi sistem organnya. Pemberian nutrisi parenteral baik total maupun parsial bukanlah tindakan yang rutin dilakukan pada bayi prematur. NP (Nutrisi Parenteral) harus diberikan untuk pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan adekuat secara enteral. NPT diberikan bila saluran cerna tidak dapat digunakan karena malformasi intestinal, bedah saluran cerna, sangkaan enterokolitis nekrotikan, distress pernapasan, atau keadaan dimana saluran cerna tidak mampu melakukan fungsi digesti dan absorbsi. Bayi prematur dengan BLSR diberikan NPT dengan pertimbangan sebagai berikut: a) Sebagian besar BBLSR dilahirkan dengan usia kehamilan < 32 minggu. Mereka mempunyai kebutuhan gizi yang khusus karena cepatnya laju pertumbuhan dan fungsi yang belum matang. b) Cadangan energi terbesar tubuh adalah bentuk lemak yang memberikan energi sebesar 9 kal/gram. Sesuai dengan pola pertumbuhan intra uterin dimana pembentukan otot dan jaringan lemak bawah kulit pada trimester akhir kehamilan, maka energi dalam bentuk hidrat arang dan lemak pada bayi prematur cenderung akan kurang. Demikian juga pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah10. Tubuh bayi matur mengandung 15% lemak dan bayi prematur dengan berat 1 kg hanya mengandung 2,3%. c) Memberikan nutrisi yang optimal pada bayi-bayi ini sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan tumbuh kembang selanjutnya. Bayi yang mendapat nutrisi tidak adekuat akan mengalami penghentian pertumbuhan otak dan berisiko untuk kerusakan otak permanen. Ini telah dibuktikan dengan hasil otopsi terhadap otak bayi kurang gizi yang memperlihatkan berkurangnya jumlah sel dan defisiensi kandungan lipid serta phospholipid. NPT dapat menyokong pertumbuhan bayi BBLSR dengan adekuat. d) Proses pemberian makanan melalui mulut memerlukan pengisapan yang kuat, kerjasama antara menelan dan penutupan epiglotis serta uvula dari laring maupun saluran hidung, juga gerak esophagus yang normal1. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 29 – 30 minggu akan mulai mengisap beberapa hari setelah lahir. Koordinasi yang baik antara mengisap dan menelan biasanya tidak tampak sampai usia kehamilan 33 – 34 minggu. e) Aktivitas esofagus yang terorganisir belum berkembang sampai usia kehamilan 34 minggu. Gelombang tekanan lambung adalah lanjutan dari peristaltik esofagus. Pemeriksaan gerakan lambung difokuskan pada pengosongan lambung. Kombinasi tekanan yang rendah dan relaksasi esofagus yang panjang memudahkan terjadinya refluks esofagus. f) Saluran cerna bayi baru lahir harus mampu untuk melaksanakan fungsinya, antara lain fungsi digesti dan absorbsi nutrien, mempertahankan keseimbangan cairan, serta fungsi proteksi terhadap toksin dan alergen. Tergantung dari tingkat prematuritasnya, kemampuan ini terbatas. Aktivitas amilase yang diperlukan untuk digesti karbohidrat belum terdeteksi pada prematur dan masih rendah sampai bayi berusia 4 bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian NPT: 1. Energi Kebutuhan nutrisi pada neonatus diketahui bervariasi menurut berat lahir dan usia kehamilan, cara pemberian, serta perubahan metabolik yang disebabkan oleh penyakit. Bayi prematur hanya mempunyai sedikit cadangan energi karena kurangnya cadangan glikogen pada hati dan lemak bawah kulit. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan bayi yang matur maka kebutuhan energinya jauh lebih besar, terutama karena pertumbuhannya yang pesat dan imaturitas fisiologiknya. Kebutuhan energi BBLSR dibagi menjadi dua komponen penting, yaitu kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh dan kebutuhan untuk tumbuh. Kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh antara lain meliputi metabolisme basal, aktivitas otot, regulasi suhu tubuh SDA (Spesific Dynamic Action), dan ekskresi. Kebutuhan energi untuk tumbuh berhubungan dengan kandungan energi dari jaringan dan tergantung pada komposisi jaringan baru yang disintesa. Bayi yang mendapat NPT tumbuh pada masukan energi yang lebih rendah, karena kehilangan energi fekal dan SDA lebih sedikit, sehingga mengurangi pelepasan energi. Pemberian energi parenteral 50 kkal/hari telah cukup untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan. Untuk sintesa jaringan, diperlukan 10 – 35 kkal/kgbb/hari, sedangkan untuk cadangan nutrien jaringan 20 – 30 kkal/kgbb/hari tergantung dari komposisi jaringan baru tersebut. 1. Jumlah cairan: Volume cairan ekstraseluler pada bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur pada minggu pertama sesudah lahir akan kehilangan carian ekstraseluler dengan cepat yang menyebabkan penurunan berat badannya. Kebutuhan cairan pada bayi prematur dapat meningkat atau menurun, tergantung pada lingkungannya. Kebutuhan meningkat pada keadaan seperti: memerlukan perawatan dengan radiant warmer, inkubator, fototerapi, mengalami distres pernapasan, keadaan hipermetabolik, diare, atau mendapat pengobatan furosemid. Kebutuhan menurun pada keadaan bayi dirawat dengan doble walled incubator, di ruangan dengan kelembaban tinggi, atau mengalami oliguria. Tubuh kehilangan cairan melalui jalur renal dan ekstrarenal. Jalur ekstrarenal terdiri atas kehilangan air yang tidak terasa (kehilangan air insensibel) melalui kulit (transpidermal) dan melalui paru. Kehilangan ini meningkat karena aktivitas, stres respirasi, kelembaban udara rendah, atau temperatur tinggi. Penelitian pada BBLSR 26 – 29 minggu kehilangan berat rata-rata pada minggu pertama berkisar 12 – 15% dari berat lahirnya. Hal ini karena kehilangan cairan transepidermal, sekunder terhadap stratum korneum yang belum terbentuk sempurna. Masa gestasi maupun masa pascanatal mempunyai efek pada cairan transepidermal. Cara efektif mengurangi kehilangan cairan insensibel dengan membungkus bayi, ruangan dengan kelembaban tinggi, memakai incubator dobel walled. Apabila bayi dirawat dalam inkubator dengan kelembaban maksimal maka kebutuhan cairannya sama dengan bayi cukup bulan, yaitu 60 – 80 ml/kgbb/hari, yang bertambah secara bertahap sampai 100 – 120 ml/kgbb/hari sesudah minggu pertama4. Cairan parenteral awal dapat diberikan Dekstrose 5% atau Dekstrose 10%. Sebagai acuan pemenuhan kebutuhan cairan pada BBLR dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel : Rekomendasi Kebutuhan Cairan Parenteral Awal untuk Bayi BBLR Tipe tempat tidur Berat badan 600-800 801-1000 1001-1500 1501-2000 Radiant warmer 120 90 75 65 Incubator 90 75 65 55 Lain-lain 70 55 50 45 Penatalaksanaan Nutrisi Parenteral Ada dua macam rute pemberian NPT yang sudah dikenal luas, yaitu rute perifer dan rute sentral, namun pada bayi ada satu rute lagi yang bisa diberikan, yaitu rute arteri umbilikalis. Pada pemberian melalui rute periferal, biasa digunakan vena di tungkai atau di kepala. Jalur ini dipilih bila pemberian dalam waktu singkat (< 2 minggu), status hemodinamik baik, osmolalitas cairan yang diberikan tidak tinggi, dan tidak ada pembatasan pemberian cairan. Pada bayi prematur, pemberian melalui rute perifer sulit untuk memenuhi kebutuhan kalori karena cairan dibatasi tidak melebihi 130 ml/kgbb/hari; konsentrasi dextrose kurang atau sama dengan 12,5%, sehingga kalori yang dapat diberikan adalah 80 kkal/kgbb/hari. Komposisi nutrien yang diberikan melalui jalur perifer dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel . Komposisi pemberian NPT melalaui vena perifer Komponen Jumlah per hari (per kgbb) Sumber Nitrogen: protein 2,5–3,0 g Kristalin hidrolisat Asam amino campuran Kalori sekitar 75 Glukosa 10-15g Lemak 0,5-3,0g Mineral dan elektrolit Natrium 3-4 mEq Kalium 2-4 mEq Kalsium 1-4 mEq Magnesium 0,25 mEq Fosfor 1,36 mEq Zinc 150-300 mEq Copper 20-40 ug Vitamin: Multivitamin 1-3 ml/hari Volume 150 ml Untuk mendapatkan masukan kalori yang tinggi harus digunakan cairan infus dengan konsentrasi yang tinggi, dengan risiko osmolalitas yang tinggi, lebih dari 1000 mmol Osmol/l. Ini dapat dilakukan dengan jalur vena sentral. Komposisi yang diberikan melalui vena sentral dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 5. Komposisi pemberian NPT melalui vena sentral Komponen Jumlah per hari (per kgbb) Sumber Nitrogen: protein 2,5-3,0 g Kristalin hidrosat Asam amino campuran Kalori 115-125 Glukosa 20–30 g Lemak 0,5–3,0 g Mineral dan elektrolit Natrium 3–4 mEq Kalium 2–4 mEq Kalsium 1–4 mEq Magnesium 0,25 mEq Fosfor 1,36 mmol Zinc 150–300 mEq Copper 20–40 ug Vitamin: Multivitamin 1–3 ml/hari Volume 120 ml Untuk mencapai vena sentral dapat dengan cara perkutan atau dengan cara pemotongan vena. Venajugularis dan vena subclavia adalah yang paling sering digunakan. Cara perkutan untuk vena subclavia tidak dianjurkan pada bayi karena sering terjadi komplikasi. Perawatan yang teratur dan berhati-hati sangat penting pada pemakaian kateter vena sentral agar terhindar dari komplikasi, aman, dan dapat digunakan dalam jangka panjang. Tidak dibolehkan memberikan selain cairan nutrien melalui kateter ini, seperti memberikan darah atau mengambil sampel darah. Pemakaian jalur arteri umbikal masih kontroversial, sebagian setuju dan sebagian tidak. Pada kelompok yang setuju, penggunaannya praktis karena lebih mudah melakukannya, terutama pada bayi kecil. Pada kelompok yang tidak setuju, mengemukakan alasan karena banyak terjadi trambosis aorta dan arteri iliaca serta hipertensi portal. Penggunaan heparin 1 U/ml pada cairan infus mengurangi kejadian phlebitis dan thrombosis pada vena sentral serta perifer. Komplikasi Pada pemberian NPT sering dijumpai komplikasi. Komplikasi dapat berupa infeksi mekanik dan metabolik. Komplikasi infeksi terjadi sehubungan dengan terkontaminasinya bahan infusan saat pencampuran atau akibat kurangnya tindakan aseptik pada saat pemasangan kateter intravena. Komplikasi infeksi adalah yang paling umum dan potensial serius (1-5%). Komplikasi mekanik berupa pneumotoraks, hidrotoraks, emboli, trombosit, ataupun perforasi pembuluh darah akibat teknik pemasangan yang kurang terampil. Komplikasi mekanik ini lebih sering daripada komplikasi metabolik. Komplikasi metabolik seperti hiperglikemia ataupun hipoglikemia dapat dihindari dengan pemberian glukosa dosis yang tepat. Hiperamonemia dan azotemia juga bisa ditemukan. Hiperlipidemia dan defisiensi asam lemak essensial sering dijumpai karena pemberian lemak. Komplilasi paling sering dijumpai pada BBLSR yang mendapat NPT jangka panjang adalah kholestatik jaundice dan osteopenia. Tabel dibawah ini memperlihatkan komplikasi yang mungkin terjadi pada NPT : Tabel 7. Komplikasi NPT Berhubungan dengan kateter Vena cava superior Thromboemboli paru Hipertensi paru Pneumothoraks Efusi pleure atau pericardial (ekstravasari cairan) Aritmia jantung Trombosis mural (cardial) Infus intraokardial Kulit terkelupas Perdarahan Flokulasi, prepitasi nutrien Infeksi Sepsis staphylococcus Sepsis Candida Malassezia furfur Diphteroids Sepsis gram negatif Phlebitis lokal Kontaminasi cairan Endokarditis Elektrolit/mineral Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia Hipofospatemia Defisiensi trace mineral (Zn, Cu, Mg, Fe) Komplikasi Metabolik Hipoglikemia Hiperglikemia Hiperaminocidemia Azotemia Defiseiensi asam lemak esensial Asidosis metabolik Hipertrigliseridemia Hiperphospholipedemia Komplikasi Sistemik Kolestasis (disfungsi hepar) Infiltrasi lemak (liver, monosit, paru, intrapilid) Perubahan fungsi miokard (penurunan PO4) Atropi mukosa usus Disfungsi platelet (intrapilid) Hemolisis? (intrapilid) Diuresis osmotik (glucose) Ricketsia Koma isosmolar (protein) Hipoksia (intrapilid) Toksisitas Aluminium (Markum AH, 1991) Pemberian Larutan Nutrisi Parenteral Larutan yang diberikan dengan resep dokter dapat dialirkan lewat 2 – 3 perangat infus yang dihubungkan dengan beberapa botol infus, yang berisikan anrata lain : larutan asam amino, elektrolit, dekstrosa dan larutan lipid secara sekaligus. Namun, cara pemberian yang sekaligus ini menyulitkan pengelolaan dan pemantauannya. Metode yang jauh lebih praktis adalah dengan menggunakan sebuah kantong berukuran 3 liter yang berisikan campuran semua larutan nutrisi diatas. Kantong ini setiap hari harus dibuat dalam keadaan steril. Isi kantong lalu diinfuskan melalui selang infus selama 24 jam. Selanjutnya system tersebut dipermudah dengan penggunaan sebuah pompa volumetrik untuk menginfuskan larutan dengan jumlah yang terukur dan tetap untuk tiap – tiap jam. Lihat gambar 2 Untuk pemasanga set infuse vena sentralis dilakukan dengan dibuat kanula pada vena subklavia. Satu – satunya perbedaan adalah pemasangan selang infuse yang dilewatkan dalam terowongan pada kulit untuk kemudian keluar dari dinding toraks. Dengan menggunakan metone ini, tempat keluar infuse akan terpisah dengan tempat masuknya kedalam vena sehingga mengurangi resiko infeksi, lihat gambar 1. Sterilisasi pada pemasangan set infus sentral untuk nutrisi parenteral harus terjamin dengan perawatannya yang baik dan seksama. Tempat keluarnya selang infus harus dibersihkan dan diganti kasanya setiap 2 – 5 hari, sedangkan semua selang intravena yang ada di luar tubuh pasien sebaiknya diganti setiap hari. Pemberian makanan secara intravena digunakan jika penderita tidak dapat menerima sejumlah makanan yang cukup melalui pipa nasogastrik. penderita yang mendapatkan makanan melalui intravena adalah: v Penderita yang mengalami malnutrisi yang sangat berat dan akan menjalani pembedahan, terapi penyinaran atau kemoterapi v Penderita luka akar berat v Kelumpuhan saluran pencernaan v Diare atau muntah yang menetap. Pemberian makanan melalui selang infus ini dapat memasok sebagian dari zat makanan yang dibutuhkan penderita atau seluruhnya (nutrisi parenteral total). Tersedia sejumlah cairan yang bisa diberikan dan dapat dimodifikasi untuk penderita penyakit ginjal atau hati. nutrisi parenteral total memerlukan selang intravena yang lebih besar (kateter). Karena itu digunakan pembuluh balik (vena) yang lebih besar, misalnya vena subklavia. Seseorang yang menjalani nutrisi parenteral total dipantau secara ketat terhadap perubahan berat badan, pengeluaran air kemih dan tanda-tanda infeksi. bila kadar gula darahnya menjadi terlalu tinggi, bisa ditambahkan insulin ke dalam cairan yang diberikan. Infeksi merupakan resiko karena kateter biasanya digunakan untuk waktu yang lama dan cairan yang mengalir di dalamnya memiliki kadar gula yang tinggi, dimana bakteri bisa tumbuh dengan mudah. nutrisi parenteral total bisa menyebabkan komplikasi lainnya: v Jika terlalu banyak kalori, terutama lemak, hati bisa membesar. v Lemak yang berlebihan di dalam vena bisa menyebabkan sakit punggung, demam, menggigil, mual dan berkurangnya jumlah trombosit. tetapi hal ini terjadi pada kurang dari 3% penderita. v Penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan nyeri tulang Indikasi Total Parenteral Nutrision Dalam pemberian nutrisi parenteral terdapat beberapa indikasi yang harus diperhatikan sebagai berikut : 1) Malformasi intestinal 2) Bedah saluran cerna 3) Sangkaan enterokolitis nekrotikan 4) Distress pernafasan 5) Tidak mampu melakukan fungsi digesti dan absorbsi. Kontra indikasi Total Parenteral Nutrision Dalam pemberian nutrisi parenteral terdapat kontra indikasi, yaitu Selang infus untuk nutisi parenteral hanya dapat digunakan dalam pemberian larutan nutrisi saja, lewat selang ini tidak boleh diambil darah atau pun diberikan transfusi darah. Pengukuran desakan vena sentralis juga tidak boleh dilakukan lewat selang tersebut, karena dapat meningkatkan resiko infeksi. Kesimpulan Telah dibahas kebutuhan nutrisi atau gizi bayi, anak toddler, anak prasekolah, anak sekolah dan remaja. Kebutuhan akan zat–zat makanan, jenis makanan dan masalah–masalah yang timbul akibat pemberian makanan tergantung berdasarkan pada masing–masing kelompok umur. Pada masa bayi perlu ditekankan pemberian ASI dan MP–ASI yang bergizi, karena pada masa bayi pertumbuhan anak sangat pesat dan merupakan masa transisi dari ASI ke makanan dewasa. Demikian pula dengan pada masa remaja pertumbuhan anak juga sangat pesat, tetapi pada masa ini masalahnya sudah lain karena anak sudah dapat memilih makanannya sendiri yang sering kali tidak mengandung zat–zat makanan yang seimbang. Oleh kareana itu diperlukan berbagai upaya untuk meningakatkan nutrisi atau gizi anak, agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dan menjadi generasi penerus yang sehat jasmani, mental dan social serta berguna bagi nusa dan bangsa. Saran dan Kritik Pada makalah yang telah kami susun sedemikian rupa dengan judul “Nutrisi Pada Anak” dapat bermanfaat bagi seluruh komponen masyarakat, khususnya makalah ini kami tujukan untuk perawat dalam menangani masalah kesehatan yang tertuju nutrisi pada anak. Makalah ini tidak luput akan kesalahan baik dari segi bahasa, penyusunan maupun referensi yang kami buat, untuk itu kami harap masukan saran guna dalam memperbaiki makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Hassan, Rusepno. 1985. Ilmu Kesehatan Anak (Jilid 1). Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak (FKUI). Hendrotomo dan Muhardi. 2006. Pemeberian Nutrisi Parenteral pada Penderita Gangguan Pencernaan (http//.www. google. Com). Jakarta : FK-UI Mary E. Beck.. 2000. Ilmu Gizi dan Diet (Nutrition and Dietetics for nurses). Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica Markum AH, Monintja HE, Boetjang RF. Prematuritas dan retardasi pertumbuhan (Dalam: penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1). Jakarta :BIKA FKUI Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja (Edisi Pertama). Jakarta: Sagung Seto Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak (Editor : Monica Ester ). Jakarta : EGC Thompson’s. 2001. Pediatric Nursing (Edisi 8). Printed in the United States of America : W. B. Saunders Company

HackFacebook

Hack facebook, gmail, twitter

Cari Artikel Blog